"MENURUT KAMU, SIAPAKAH AKU INI?"
Setiap Penginjil mempunyai pandangan sendiri-sendiri mengenai tokoh utama Injilnya. Bagaimana MARKUS memandang dan melukiskan pribadi Yesus? Tinjauan terhadap sebutan atau gelar Yesus, juga penelaahan karya-karya yang Ia kerjakan, membantu kita menyingkap sedikit misteri yang menyelubungi pribadi satu ini. Dengan demikian kita dapati pula pokok-pokok pemikiran teologis yang terdapat dalam Injil Markus ini.
1. Yesus Pewarta Kerajaan Allah.
Bagi Markus, dan juga bagi penginjil yang lain, Kerajaan Allah merupakan inti dari pewartaan Yesus: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil." (Markus 1:15). Paham mengenai Kerajaan Allah mempunyai latar belakang yang jauh dalam Perjanjian Lama. Yang paling penting dalam gagasan mengenai Kerajaan Allah ialah pengakuan akan kuasa dan pemerintahan Allah.
Pada jaman itu sistem kerajaan merupakan satu sistem politik yang dianut hampir oleh semua bangsa. Maka tidak mengherankan kalau bangsa Israel menggunakan gambaran "raja" untuk menyatakan kuasa dan pemerintahan Allahnya. Dalam rangka itu raja duniawi hanyalah wakil dari Raja yang sesungguhnya.
Iman akan Allah Raja ini semakin berkembang sewaktu bangsa Israel mengalami kehancuran secara politis. Allah sang Raja inilah yang akhirnya akan menyatakan diri dan menyelamatkan: "Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion: "Allahmu itu Raja" (Yesaya 52:7 bdk 40:9; 41:27). Kedatangan Kerajaan Allah inilah yang mereka nantikan. Sementara itu bangsa Israel percaya bahwa Allah akan menegakkan kerajaanNya dengan perantaraan seorang mesias. Mesias yang dinantikan ini akan berasal dari wangsa Daud, gembala bagi Israel (2 Samuel 7; Yehezkiel 34:1; Zakaria 9-14; Mazmur 2). Unsur lain yang dapat ditarik dari Daniel 7 ialah bahwa kerajaan yang akan dinyatakan adalah universal dan berhubungan dengan akhir jaman. Raja sendiri diharapkan menjadi jaminan kebebasan umatnya dengan cara menghancurkan musuh-musuh. Keyakinan inilah yang kemudian akan menjadi dorongan bangsa Yahudi untuk mengobarkan pemberontakan terhadap penjajahan Romawi.
Kecuali itu raja juga diharapkan menegakkan keadilan di antara bangsaNya. Dia adalah raja dari orang-orang miskin, yang tertindas dan tidak mempunyai suara (Yesaya 61). Allah Raja yang seperti itulah yang dinantikan campur tangannya dalam kehidupan umat terpilih.
Menurut Markus, Yesus mewartakan bahwa harapan yang sudah sekian lama tumbuh itu sekarang akan segera terlaksana (1:14 dst). Yesus sendirilah yang menjadi wujud turun tangan Allah dalam sejarah. Bukan dengan cara yang hebat-hebat melalui kekerasan dan kemenangan gilang gemilang, melainkan melalui sengsara dan salib. Di dalam diri Yesus kerajaan itu sudah tampil. Kerajaan benar-benar sudah merupakan suatu kenyataan dan sedikit demi sedikit berkembang. Seperti benih yang ditaburkan yang tampaknya mati tetapi akhirnya berlimpah ruah hasilnya, demikian pulalah Kerajaan allah (4:3-9; bdk. 4:26-29.30-34. Lihat juga 10:14; 12:34). Perwujudan terakhir masih dinantikan (9:47; 10:23-25.28-31). Sementara itu Kerajaan Allah tampak sebagai karunia belaka, yang diterima oleh orang-orang kecil dan rendah hati (10:15). Namun karunia Kerajaan Allah sekaligus juga merupakan tantangan: orang harus bersedia meninggalkan semuanya demi Kerajaan itu (9:47: 10:23-25.28-31).
Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus disebut oleh Markus sebagai Injil Allah (Markus 1:14: " .... datanglah Yesus ke Galilea untuk memberitakan Injil Allah"). Di tempat lain Markus menggunakan ungkapan Injil tentang Yesus Kristus (1:1). Dapat ditanyakan apakah arti kedua ungkapan itu. Untuk itu dapat dibaca Markus 8:35 dan 10:29. Dalam kedua ayat itu terdapat semacam persamaan antara Kristus dan Injil: "Barangsiapa mau kehilangan nyawanya karena Aku dan Injil, ia akan menyelamatkannya". Maka bagi Markus Injil tidak hanya berarti bahwa Kerajaan Allah sudah dekat, yang lain dari pribadi Kristus sendiri, Injil juga berarti Kristus, pribadi dan bukan pertama-tama ajaran. Maka Injil Allah yang ditawarkan oleh Yesus isinya adalah bahwa Allah melaksanakan janji penyelamatanNya dalam diri Yesus Kristus.
Mewartakan Injil berarti mewartakan Kerajaan Allah yang sudah dekat dalam Kristus. Dengan kata lain, hidup Yesus, sabda dan karyaNya merupakan pemenuhan janji yang sudah sejak dahulu kala diharapkan. Kalau demikian maka tuntutan-tuntutan yang diajukan agar orang dapat masuk Kerajaan allah adalah juga tuntutan-tuntutan yangdiajukan kepada mereka yang ingin mengikuti Yesus. Tuntutan-tuntutan itu sekaligus juga merupakan karunia.
Tidak mudah untuk membedakan di dalam Injil Markus manakah sabda, manakah karya Yesus. Sebagian besar dari pertikaian yang terjadi antara Yesus dan musuh-musuhnya mulai dengan sebuah tindakan/karya Yesus yang direaksi oleh musuh-musuh. Yesus kemudian menjawab reaksi itu dengan menyatakan sesuatu (lihat 2:1-3:6). Penyembuhan orang lumpuh, misalnya (2:1-12), menunjukkan kuasa sabda Yesus yang mengampuni dosa (ayat 5) dan selanjutnya tampak pula karyaNya sebagai Penyelamat: "Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa - berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu - kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu" (2:10-11). Kadang-kadang peristiwa yang diceritakan mempunyai peranan sekedar untuk memberi bingkai untuk hal pokok yang akan dikatakan (2:18-22; 7:1-23). Sebaliknya juga harus dikatakan bahwa Sabda Yesus menerangkan dan memberi arti kepada peristiwa itu (2:13-17; 11:27-33). Kesatuan antara sabda dan karya ini sangat jelas dalam summaria dan perikope yang menyebut dua hal itu bersama; "Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah Ibadat mereka dan mengusir setan-setan (1:39; bdk 3:14-15; 6:2.13; 13:30). Yang mungkin lebih jelas ialah kisah penampilan Yesus yang pertama di muka umum yang diceritakan dalam Markus 1:21-28. Yesus mengajar di rumah ibadat dan semua takjub mendengar pengajaranNya (ayat 22). Sesudah itu Yesus menghardik dan mengusir setan. Orang-orang yang takjub melihat hal itu berkata: "Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahat pun diperintahNya dan mereka taat kepadaNya" (ayat 27).
Bagi Markus tunduknya roh jahat terhadap Yesus merupakan tanda dari kuasa pengajaranNya. Bukan karena isi pengaran itu sendiri, tetapi karena Yesus yang mengatakan bertindak sebagai Anak Allah. Dalam garisaini dapat kita mengerti mengapa di dalam Injil Markus tidak kita temukan kotbah-kotbah panjang Yesus.
2. Yesus dengan Beberapa Sebutan (gelar)Nya.
Bagi jemaat perdana Yesus tetap hidup dan hadir di antara mereka. Yesus yang tetap hidup itu tentu saja dikenal dan dipahami secara berbeda oleh jemaat yang berbeda.
Menurut Markus, pertama-tama Yesus adalah seorang anak tukang kayu dari Nazaret, anak Maria yang mempunyai beberapa saudara (6:3). Markus tahu pula bahwa murid-muridNya yang pertama mengikutiNya sebagai Rabbi atau guru. Inilah anggapan umum terhadap Yesus (16x disebut demikian). Digambarkan pula bahwa Yesus adalah seorang manusia yang hatinya dapat tergerak oleh belaskasihan (1:41), yang dapat berkata keras (1:43), marah dan sedih (3:5), heran (6:6), menaruh kasih (10:21), rasa sayang kepada anak sehingga sempat memeluk anak-anak (9:36; 10:16). Yesus adalah seorang manusia sungguh-sungguh, seperti juga dimaklumkan oleh kepala pasukan waktu tergantung di kayu salib: "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah." (15:39)
Sementara itu ditunjukkan pula oleh Markus bahwa Yesus ini sejak permulaan sudah dimaklumkan sebagai Putra Allah pada waktu Dia dibaptis: "Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan." (1:11 bdk 9:7). Sejak awal penampilanNya Yesus telah menunjukkan bahwa Dia bertindak dengan wewenang dan wibawa ilahi. AjaranNya yang baru didasarkan pada wibawaNya sendiri (1:23-27) dan bukan pada wibawa Musa atau tradisi Yahudi. Dia mengusir setan (mis 3:11-12.27-28 dst.), menyembuhkan orang sakit (1:40-45), dan orang lumpuh sebagai tanda bahwa Ia mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa (2:1-12). Ia menyatakan diri pula sebagai Tuan atas alam (4:35-41); 6:45-52). Kecuali itu Yesus juga menunjukkan diri sebagai Mesias seperti diharapkan oleh orang-orang Yahudi. Ia mempergandakan roti seperti yang pernah dilakukan oleh Musa di padang gurun sewaktu ia memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir (6:34-44; 8:1-10); menyembuhkan orang buta yang menyatakanNya sebagai Anak Daud (10:46-52); masuk ke kota Yerusalem naik seekor keledai sebagai raja sebagaimana dinubuatkan oleh Zakaria (11:1-11); Ia membersihkan Bait Allah dan dengan demikian menyatakan kuasaNya yang lebih besar daripada penguasa-penguasa di Yerusalem (11:15-19 bdk 11:27-33).
Namun demikian tampak pula dalam Injil Markus bahwa Yesus masih ingin menyembunyikan identitas pribadinya. Inilah yang biasanya disebut Rahasia Mesias. Yesus menyuruh diam setan-setan yang mengenalNya dan menyebutNya sebagai "Yang kudus dari Allah" dan "Anak Allah" (1:24-25; 3:11-12). Ia melarang orang-orang sakit yang telah disembuhkan untuk berbicara mengenai karya agung yang menunjukkan datangnya jaman mesianis yang telah mereka alami (1:43-45; 5:43; 7:36-37; 8:26). Demikian pula keduabelas murid masih disuruh diam sesudah Petrus menyatakan siapa Yesus sebenarnya (8:30). Tiga orang murid yang paling dekat juga disuruh diam sampai saat kebangkitannya bahwa Ia telah menghidupkan kembali anak perempuan Yairus (5:43) dan bahwa mereka telah melihat kemuliaan ilahiNya di gunung Tabor (9:9). Dari lain pihak Yesus mengeluh karena orang banyak tidak mengenalNya (bdk 4:10-12) dan karena ketegaran hati murid-muridNya (6:52; bdk 8:17-21; 14:40 dst) yang tidak mengerti identitas, perutusan dan arti karya-karyaNya.
Menjelang akhir hidupNya, rahasia itu semakin dibuka. Yesus dikenal, disebut sebagai Anak Daud oleh orang buta di Yerikho (10:46-52). Dia sendiri pulalah yang mengatur masukNya ke Yerusalem. Pada kesempatan itu Ia dielu-elukan sebagai Raja dari wangsa Daud yang dinanti-nantikan (11:10). Kemudian Ia menyatakan diri sebagai Mesias dan Anak Allah di hadapan Sidang Mahkamah Agama, meskipun tahu bahwa dengan demikian Ia akan dituduh menghojat Allah dan dijatuhi hukuman mati (14:62). Akhirnya kepala pasukan, seorang kapir, menyatakan dengan terus terang: "Sungguh, orang ni adalah anak Allah" (15:39).
Perubahan sikap Yesus berhubungan dengan identitas diriNya sejak pengakuan Petrus di Kaisarea Filipi. Sejak saat itu Ia mulai (8:31) menjelaskan rahasia mengenai pribadiNya dengan terus terang kepada para muridNya (8:32). Ia menyelaraskan tugas perutusanNya sebagai Mesias dengan rencana Allah yang sudah dinubuatkan dalam Kitab Suci (bdk kata 'harus' 8:31), yaitu untuk mewujudkan kasih dan pelayanan bagi Israel dan bangsa manusia. Perwujudan kasih dan pelayanan itu akan menuntut daripadaNya pengorbanan sampai titik akhir. Hal yang sama akan diuntut pula dari para muridNya (8:34). Yang menjadi model pelaksanaan tugas perutusan Yesus ialah Hamba Allah seperti yang dinubuatkan dalam keempat nyanyian Hamba dalam kitab nabi Yesaya (42:1-9; 49:1-7; 50:4-11; 52:13-53:12). Hal ini digarisbawahi oleh Markus pada titik-titik atau tahap-tahap yang penting bahkan menentukan dalam hidup Yesus. Suara dari surga dalam peristiwa pembaptisanNya dan dalam peristiwa di gunung Tabor dengan jelas menunjukkan jalan mana yang harus ditempuh oleh Yesus. Yang dipakai disana adalah kata-kata yang diambil dari Yesaya 42:1, kata-kata yang ditujukan kepada Hamba Yahwe. Kecuali itu tiga nubuat sengsara (8:31; 9:31; 10:33 dst) yang diucapkan Yesus jelas-jelas pula berhubungan dengan hidup Hamba Yahwe. Demikian pula Yesus berbicara mengenai diriNya sendiri menurut model Hamba yang menyerahkan hidupnya bagi orang lain (10:45 bdk. Yesaya 53:10). Dan akhirnya dalam perjamuan terakhir (14:24) menjelang wafatNya, Yesus membagikan roti dan cawan dengan disertai kata-kata "Inilah tubuhKu" dan "Inilah darahKu', tanda dari pemberian hidupNya bagi keselamatan banyak orang. Sama seperti yang terjadi dengan hdiup Hamba (53:10-12).
Markus menyusun bahan-bahan tradisi sedemikian rupa sehingga tampak jelas dua langkah perwahyuan diri Yesus. Hal ini dilakukan oleh Markus untuk menunjukkan kepada jemaat beriman yang dituju agar mereka selalu melihat dan mengerti seluruh sabda dan karya Yesus dalam sinar terang sengsara - wafat - kebangkitan. Disinilah dapat diketemuakn kunci pemahaman seluruh peristiwa Yesus. Tanpa itu, salah paham akan mudah terjadi. Kecuali itu mau ditunjukkan pula bahwa sikap Yesus perlu dijadikan pola bagi semua murid-mruidNya, yaitu semua orang beriman. Karena baptisan orang beriman menjadi putera Allah seperti Yesus, dan dipanggil untk menempuh jalan yang telah ditempuh oleh Yesus pula (lihat 8:34-35; 9:33-39; 10:41-45). Hanya dengan demikian akhirnya orang beriman akan diperkenankan mempersatukan diri dengan Kristus mulia pada hari kedatanganNya (13:26-27).
Sudah disebutkan beberapa gelar yang disandang oleh Yesus. Gelar-gelar itu tentu saja juga menunjukkan Siapa Yesus sebenarnya. Maka berikut ini akan dibicarakan secara singkat beberapa gelar yang baik diketahui. Gelar-gelar yang sering dipakai ialah Anak Daud, Kristus/Mesias, Anak Allah, Anak Manusia. Kecuali itu dipakai juga sebutan orang Nazaret, Rabbi, Guru, Nabi dan Tuhan.
a. Orang Nasaret, Rabbi dan Guru
Gelar-gelar ini jarang dipakai dan tidak begitu penting untuk memahami kristologi Markus. Yesus disebut orang Nasaret (1:24; 10:47; 14:67; 16:6) karena ia memang berasal dari sana. Gelar Rabbi (9:5; 11:21; 14:45) adalah gelar kehormatan yang diberikan sebagai pengakuan akan wibawa pribadiNya. Praktis artiya sama dengan Guru (4:38; 5:35; 9:17.38; 10:20.35; 12:14.19.32; 13:1; 14:14). Sebutan ini dipakai tidak hanya oleh para murid (4:38; 9:38; 10:35; 13:1) atau oleh orang-orang yang memohon pengajaranNya (12:14.19.32), tetapi juga oleh orang yang memohon pertolonganNya (5:35; 9:17) dan seringkali dipakai untuk menggarisbawahi kuasa perbuatanNya (4:38; 9:38; 10:35). Gelar Nabi juga dipakai (6:15; 8:28) tetapi tidak begitu mempunyai arti dalam Injil Markus.
b. Tuhan
Penulis-penulis Injil yang lain jauh lebih banyak memakai gelar ini daripada Markus (7:28; 11:3; 16:19; bdk 12:35). Gelar itu tidak pernah diucapkan oleh para murid. Bagi Markus Tuhan adalah Bapa (bdk 5:19). Wanita Kanaan menyebut Yesus Tuhan sekedar untuk sopan santun (7:28). Gelar itu juga dipakai oleh Yesus untuk menyebut dirinya sendiri (11:3). Kalau gelar itu dimengerti dalam rangka masuknya Yesus ke Yerusalem memang mempunyai warna mesianis. Namun perbandingan dengan 14:14 yang dengan 11:3 menunjukkan bahwa gelar Tuhan adalah gelar yang hanya sedikit lebih tinggi daripada gelar Guru. Hanya dalam 12:37 gelar Tuhan menjadi penting dalam rangka kristologi: "Daud sendiri menyebut Dia Tuhan, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?".
c. Anak Daud dan Kristus (=Mesias)
Gelar Yesus sebagai Anak Daud yang dipakai oleh Bartimeus orang buta itu (10:47 dst.) mengungkapkan harapan Israel dengan sangat baik. Orang buta itu memohon kepada Yesus sebagai Mesias, yang diharapkan sungguh membuka mata orang-orang buta (Yesaya 61:1 LXX). Gelar ini dengan mudah akan dimengerti dalam garis mesianisme nasional-politis (bdk 11:10). Maka penting memperhatikan bagaimana Yesus membetulkan pengajaran para ahli Taurat (12:35 dst). Dia tidak menyangkal bahwa Mesias adalah keturunan Daud, tetapi juga menunjukkan bahwa Mesias adalah lebih daripada itu.
Gelar Kristus kadang-kadang dipakai sebagai nama diri saja, seperti halnya sangat biasa diketemukan dalam surat-surat Paulus (misalnya 9:41). Arti tradisional gelar itu tampak dalam cemooh yang dilemparkan kepada Yesus di salib: "Baiklah Mesias (=Kristus), Raja Israel itu, turun dari salib supaya kita lihat dan percaya" (15:32). Gelar itu tidak pernah dipakai oleh Yesus sendiri. Kalau gelar itu dipakai untuk menyebutNya (8:29; 14:61), selalu ditunjukkan bahwa pengertian yang terkandung di dalamnya lain dari pengertian umum. Perbedaan itu adalah perbedaan yang dasariah yang berhubungan dengan tugas perutusanNya. Maka kiranya boleh dikatakan bahwa gelar ini bagi Markus tidak cukup untuk menaytakan siapakah sebenarnya Yesus itu.
d. Anak Allah
Di dalam Kitab Suci, gelar ini diberikan kepada orang-orang yang dikasihi Allah (bdk misalnya Keluaran 4:22; 2 samuel 7:14; Yeremia 31:9.20). Penggunaan gelar itu untuk Mesias sebenarnya jarang, baik dalam Kitab Suci (Mazmur 2:7) maupun dalam literatur Yahudi (4 Esdras 7:28 dst; Henokh 105:2). Dalam Injil Markus jelas bahwa Anak Allah adalah tokoh ilahi dan bukan manusiawi saja. dapat ditanyakan apakah itu arti gelar Anak Allah yang dipakai oleh setan (3:11; 5:7), Kaifas (14:61) atau oleh kepala pasukan (15:39)? Arti seperti itu tampak paling jelas dalam ucapan-ucapan Yesus sendiri (12:6; 13:32). Yesus disebut Anak Allah bukan hanya karena karya-karyaNya yang mengagumkan. Gelar itu lebih menunjuk ke pribadiNya. Keputraan ilahi inilah yang tampak dalam karya-karyaNya yang mengagumkan, dalam sabda dan doaNya.
e. Anak Manusia
Gelar ini menunjukkan segi transenden pribadi Yesus. Dalam Injil Markus dan Injil-injil yang lain gelar terseut hanya dipakai oleh Yesus sendiri. Pemakaian yang ditemukan dalam Daniel 7:13 dst rupanya terpengaruh oleh Yehezkiel (1:26 dst; 8:1-4) dan pada gilirannya mempengaruhi tulisan-tulisan apokaliptik apokrip (Henoch, 4 Esra). Yang dimaksudkan dengan Anak Manusia adalah tokoh pada akhir jaman (eskatologis) yang turun dari dunia ilahi sebagai hakim. Dalam Injil Markus, gelar ini dipakai dalam dua konteks yang berbeda, yaitu pada waktu Yesus berbicara mengenai kedatanganNya yang kedua sebagai Hakim (8:38; 13:26; 14:62) dan sewaktu menubuatkan sengsara, wafat dan kebangkitanNya (8:31; 9:9.12.31; 10:33.45; 14:21.41). Maka jelaslah bahwa gelar itu mengingatkan kembali kepada tokoh rahasia yang disebut dalam Daniel 7:13: tokoh surgawi, hakim atas dunia. Dengan demikian Anak Manusia adalah tokoh mesianis yang lebih tinggi daripada tokoh mesianis tradisional yang digambarkan sebagai raja dari wangsa Daud. Maka Yesus menyamakan diriNya dengan Anak Manusia sewaktu pemimpin agama Yahudi menanyakan identitas pribadiNya (14:62).
Gelar mulia Anak Manusia itu oleh Yesus dihubungkan dengan pribadi Hamba Yahwe (Yesaya 52:13-53:12), yang menyandang sengsara dan menghasilkan penebusan (8:31; 9:9.12.13; 10:33.45; 14:21.41). Disinilah dapat ditemukan kekhususan yang menampilkan pribadi Yesus yang sebenarnya menurut Markus. Dengan menyebut diri Anak Manusia, Yesus mewahyukan diriNya: Dia adalah Hakim pada akhir jaman (8:38), mempunyai kuasa ilahi (2:10.28), diutus untuk menyelamatkan (10:45) oleh Allah BapaNya (8:31) seperti dikatakan dalam Kitab Suci (9:12; 14:21). Dia bukanlah utusan Allah dalam arti yang harus mempersiapkan campur tangan penyelamatan Allah, tetapi Dia sendirilah yang melaksanakan penyelamatan itu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan menyebut diriNya Anak Manusia, Yesus ingin membetulkan gagasan mesianis yang lazim pada jaman itu.
3. Yesus Kristus, Anak Allah yang Bersengsara.
Sesudah Yesus memberitahukan untuk pertama kalinya bahwa Ia harus menanggung banyak penderitaan dan akhirnya dibunuh, Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia (8:31). Pada waktu itu Yesus memarahi Petrus dan menegornya dengan kata-kata yang sangat keras: "Enyahlah iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia" (8:33). Tampak sekali bahwa bagi Markus tidak mungkin mengakui Yesus sebagai Kristus dan Anak Allah dengan menyingkirkan salib. Hal itu begitu ditekankan oleh Markus, karena ia mengingat jemaat yang dituju oleh tulisannya. Maka ada unsur kateketis di dalamnya. Dalam rangka ini mungkin ada baiknya kita melihat kisah sengsara sepintas lalu.
Kalau kita perhatikan, kisah sengsara menempati tempat yang penting dalam keempat injil. Hal ini dapat dengan mudah dilihat kalau kita hitung saja jumlah bab yang menceriterakan sengsara Yesus. Ini agak aneh, karena biasanya peristiwa-peristiwa yang hitam dalam kehidupan seseorang mudah bahkan sedapat mungkin dilupakan. Tetapi ternyata terang kebangkitan tidak membenarkan pelarian seperti itu. Kebangkitan Kristus tidak menutupi segi yang gelap dalam kehidupan Yesus. Sebaliknya kebangkitan itu menggarisbawahi arti seluruh hidup Yesus, dan secara khusus bagian kehidupan yang paling dramatis, yaitu penderitaan dan wafatNya. Kebangkitan menerangi sengsara dan wafat Yesus, sehingga dua peristiwa itu membentuk suatu kenyataan yang tak terpisahkan. Kemuliaan kebangkitan adalah "hasil" dari sengsara dan wafat Yesus. Kemuliaan itu mewahyukan nilai pengorbananNya dan menunjukkan bahwa sengsara dan wafat bukanlah suatu kekalahan, melainkan satu perjuangan yang penuh kemenangan yang sekaligus merupakan pemenuhan rencana Allah. Maka orang kristiani memandang sengsara sebagai suatu pelita dan kekayaan. Pengalaman salib adalah pengalaman yang tidak asing bagi dan dalam jemaat. Dan salib itu adalah tanda kasih Allah yang sangat nyata (bdk. Roma 5:6-8). Maka orang-orang kristiani tidak mau menghapus peristiwa salib, sebaliknya mempertahankan dan merenungkannya lebih dalam lagi. Ini tampak jelas dari teraturnya kisah-kisah sengsara. Dengan demikian kita para pendengar pewartaan injil sekarang juga diundang untuk menghargainya dan menarik arti yang sedalam-dalamnya. Allah tidak menipu kita dalam hal nilai hidup, juga kalau hidup itu berat untuk disandang.
Dibandingkan dengan kisah sengsara dalam injil-injil yang lain, Markus mempunyai kekhususan. Kekhususan itu lebih dari perbedaan bahan, tetapi kekhususan perspektip, penekanan. Markus mengetengahkan peristiwa-peristiwa secara lugas, dengan gaya seorang pencerita lisan. Seolah-olah yang berceritera adalah seorang saksi mata. Dia tidak memberi keterangan bagi peristiwa-peristiwa yang terjadi (bandingkanlah misalnya kisah penangkapan Yesus menurut Matius 26:47-56 dengan Markus 14:43-52. Keterangan Yesus pada Matius 26:52-54 tidak terdapat pada Markus). Dari kisah itu pembaca akan mendapat kesan bahwa salib memang merupakan batu sandungan. Tetapi di lain pihak justru di salib Yesus dinyatakan sebagai Anak Allah. Inilah misteri sengsara Yesus. Dan kepada misteri itulah kita diundang untuk menyerahkan diri dalam iman.
4. Menjadi murid Yesus
Yesus diutus oleh Allah untuk mewartakan datangnya Kerajaan Allah (1:15). Datangnya Kerajaan Allah pada gilirannya menuntut pertobatan. Manusia dipanggil untuk percaya akan kabar gembira yang dibawa oleh Yesus (1:14-15) dan menjadi muridNya (1:16-20; 2:13-15). Menjadi murid Yesus adalah suatu nilai yang begitu tinggi, sehingga untuk itu orang harus meninggalkan segala-galanya (3:31-35; 10:28-31; 10:17-27). Markus memberi perhatian besar untuk persoalan ini. Jemaat sudah percaya bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah. Yang menjadi soal ialah bagaimana mereka masih dapat menjadi murid Yesus yang sejati?
Dalam rangka ini Markus menunjukkan beberapa sikap yang berbeda berhadapan dengan tawaran dan panggilan Yesus. Ada kelompok yang menentang Yesus. Mereka adalah kaum Farisi dan para ahli kitab (2:16.24; 3:6; 7:1.5; 8:11.15). Masih ada kelompok yang lebih keras lagi, yaitu kaum Saduki. Termasuk di dalamnya adalah para imam kepala, ahli kitab, tua-tua dari kota (8:31; 10:33; 11:18.27; 14:1.10.43.53.55; 14:1.3.10.11.31), dan imam agung Kaifas (14:60.61.63). Mereka ini adalah wakil dari manusia yang itdak mau menerima kabar gembira Yesus Kristus yang dapat mengubah hidup mereka dan menjadikan hidup mereka hidup yang menyatakan kasih dan pelayanan. Mereka tidak mau menerima kebar gembira keselamatan. Sementara itu dari antara orang-orang yang termasuk dalam kelompok ini toh ada beberapa yang terbuka terhadap tawaran Yesus. Dapat disebut misalnya ahli Kitab yang diceriterakan dalam Markus 12:28 dst. Atau juga Yusuf dari Arimatea (15:43).
Kelompok lain ialah yang disebut Markus orang banyak. Mereka adalah orang-orang yang mendengarkan Yesus, mencariNya. Meskipun kemungkinan Yesus dianggap lebih sebagai pembuat mukjijat, namun terucap pula dari mereka pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias (11:8-10). Mereka ini akhirnya diperalat oleh para pemimpin Yahudi (15:11). Bagi Markus orang banyak menjadi wakil orang-orang yang bersedia mendengarkan Yesus, tetapi belum bersedia melibatkan seluruh pribadi mereka. Termasuk di dalam kelompok ini, atau boleh dikatakan sebagai pribadi-pribadi yang menonjol dalam kelompok ini misalnya Yairus dan wanita yang sudah lama menderita sakit pendarahan (5:41-42), orang yang anaknya kerasukan roh jahat (9:14-29). Ada pula orang kapir yang mau mengikuti Yesus. Dapat disebut misalnya orang yang berasal dari daerah Dekapolis yang disembuhkan oleh Yesus (5:18-20) atau perempuan Siro-Fenesia yang memohon Yesus agar mengusir setan dari dalam diri anaknya (7:25-30).
Dari antara orang banyak itu dipanggillah duabelas murid untuk mengikutiNya (13:13-19). Mereka ini biasanya disebut "murid-murid" oleh Markus (=mathetai). Tetapi kadang-kadang dipanggil "duabelas" (4:10; 6:7; 9:35; 10:32; 11:11; 11:47) dan sekali disebut "rasul" sepulang mereka dari tugas di wilayah Galilea (6:30). Maka jelaslah bahwa bagi Markus istilah "duabelas" sama artinya dengan "murid-murid". Yang duabelas itu adalah murid-murid pertama Yesus, yang memang mempunyai kedudukan istimewa (bdk 4:10). Mereka ini ditetapkan untuk menyertai dan tinggal bersama Yesus, agar mereka dapat menyesuaikan cita-cita, semangat dan hidup mereka dengan cita-cita, semangat dan hidup Yesus. Dengan demikian mereka telibat sepenuh dan seutuhnya dengan hidup Yesus. Yesus menjelaskan perumpamaan-perumpamaan dan rahasia pribadiNya secara khusus, dan menuntut dari mereka pengertian yang lebih besar. Mereka diutus pula untuk melanjutkan perutusanNya sebagai pewarta kabar gembira, mengusir setan dan menyembuhkan orang sakit (6:7.13.30).
Kecuali itu Yesus mempunyai pula kelompok murid-murid wanita di sekitarNya. Mereka ini telah mengikuti dan melayaniNya sejak dari Galilea. Mereka inilah yang tampaknya paling setia ikut serta dalam kesengsaraan Yesus (15:40.41.47). Mereka pulalah yang pertama kali mendengar kabar kebangkitan dan diutus untuk meneruskannya kepada para murid yang lain (16:1-8). Murid-murid ini semua adalah kuncup-kuncup Gereja, yang kemudian berkembang meluas. Bagi Markus Gereja adalah persekutuan murid-murid Yesus.
Perkembangan Gereja menuntut adanya pemimpin-pemimpin yang bertanggungjawab di dalamnya. Ditekankan dengan sangat hendaknya orang-orang ini sungguh menjadi pelayan seluruh Gereja seutuhnya memberikan diri demi kesejahteraan bersama, seperti halnya Yesus sendiri (10:35-45). Janganlah mereka bersikap sebagai tuan dan penguasa.
Markus menunjukkan pula adanya perbedaan dalam kedudukan. Petrus, Yakobus dan Yohanes (kadang-kadang juga Andreas) diperkenankan menyaksikan beberapa peristiwa dalam kehidupan Yesus yang tidak disaksikan oleh orang lain (9:2-13; 14:32-42). Yang menonjol ialah Petrus. Dia adalah orang pertama yang dipanggil oleh Yesus; ditempatkan pada nomor satu dalam daftar keduabelas murid; namanya dulu Simon tetapi kemudian diberi nama Petrus oleh Yesus (3:16); dia pula yang paling kerap berbicara sebagai wakil yang lain; terutama dialah yang pertama kali menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias (8:27-30). Namun dia pulalah yang ditegur keras karena mencoba menghalang-halangi jalan yang akan ditempuh oleh Yesus (8:31-33). Dia tidak berjaga-jaga dan berdoa sehingga dialah akhirnya yang jatuh paling dalam (14:66-72). Tetapi akhirnya bertobat dan bangkit kembali (14:72).
Yesus menawarkan nilai-nilai baru dalam tata kehidupan manusia yaitu nilai keselamatan. Inilah yang kemudian diwartakan dan disebarluaskan. Pada sekitar tahun 45 sudah berdiri jemaat kristiani di Roma. Kemudian Petrus dan Paulus juga sampai ke sana. Dalam lingkungan jemaat inilah, untuk kepentingan pewartaan dan katekese, Markus menuliskan Injilnya. Kita pun pada tahun ini diajak untuk merenungkan pesan-pesan Markus bagi kita sekarang, di dalam liturgi (Tahun B - Tahun Markus) dan di dalam pertemuan-pertemuan iman yang lain. Seperti halnya jemaat pada waktu itu, kita pun ingin berjuang untuk menjadi murid-murid Yesus, yang terlibat seutuhnya dalam cita-cita, sikap dan semangat hidup Yesus. Dan itu berarti menyangkal diri dan memikul salib (Markus 8:34-35; bdk. Roma 8:17).
Penutup
Dari uraian di atas tampaklah bahwa sekurang-kurangnya Markus ingin menekankan dua hal. Pertama, dia ingin menyatakan siapakah Yesus sebenarnya. Dia adalah Mesias (8:27-30). Namun pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias belumlah cukup. Hiudp Yesus sebagai Mesias diwarnai oleh salib. Maka dapat dilihat bahwa justru di kayu salib Yesus diakui sebagai "Anak Allah" (15:39).
Selanjutnya Yesus memanggil orang untuk mengikutiNya. Mengikuti Yesus tidak hanya berarti mengerti dan menangkap siapakah Dia. Yang dituntut adalah melibatkan diri secara pribadi dan penuh dalam hidup Yesus, dalam cita-cita dan semangat hidupNya "Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku" (8:34).
*Materi diambil dari Suharyo, I., Pengantar Injil Sinoptik, Kanisius, Yogyakarta, 1989
Tidak ada komentar:
Posting Komentar