1. Membaca Kitab Suci menimbulkan soal, antara lain
a. Sabda Allah ditulis dalam bahasa manusia. “Sabda-sabda Allah yang diungkapkan dengan bahasa manusia menjadi serupa dengan pembicaraan manusiawi” (DV 13).
b. terikat pada tempat, waktu dan budaya tertentu.
So,
Kitab Suci ditulis dalam bahasa Ibrani dan Yunani yang asing bagi kita. Cara berpikir dan mengungkapkan diri serta iman para penulis Kitab Suci sangat berbeda dan jauh dari kita. Para penulis itu mengungkapkan iman mereka dalam jenis-jenis dan bentuk-bentuk tulisan tertentu yang lazim pada jaman, tempat dan kebudayaan mereka.
Dalam Dei Verbum 12, yang antara lain mengatakan,
“Untuk menemui maksud pengarang suci antara lain harus diperhatikan jenis sastra. Sebab kebenaran dikemukakan dan diungkapkan dengan cara yang lain dalam karangan-karangan jenis historis, profetis, puitis atau jenis kesusasteraan yang lainnya .... Sebab kalau mau mengerti dengan tepat yang hendak dinyatakan dalam tulisannya oleh pengarang suci, harus diperhatikan benar-benar baik cara-cara yang lazim dipakai orang jaman pengarang suci itu dalam merasa, berbicara dan menceritakan maupun cara yang pada jaman itu biasanya dipakai dalam pergaulan antara manusia”.
2. Kitab suci memuat berbagai jenis dan bentuk sastra (buku), layaknya
a. Suatu perpustakaan biasanya diatur menjadi beberapa bagian. Ada bagian untuk menempatkan buku-buku pelajaran atau kuliah; bagian lain untuk kamus, bagian lain lagi untuk novel, majalah atau koran.
b. Kalau kita mulai membaca buku-buku atau tulisan-tulisan itu, kita akan merasa bahwa memang berbagai macam tulisan itu berbeda: bentuknya, bahasanya dan tentu saja cara serta sikap membacanya.
c. Seorang pelajar akan membaca buku pelajaran dengan konsentrasi penuh. Lain halnya kalau ia membaca tabloid ‘Bola’. Ia akan melihat-lihat foto, membaca beritanya, mungkin hanya sambil lalu saja. Lain lagi kalau ia membaca novel. Ia akan menikmatinya dengan cara yang samasekali lain kalau dibandingkan dengan ketika ia membaca buku pelajaran. Jadi ada bermacam-macam jenis tulisan. Setiap jenis tulisan dipakai untuk menyampaikan maksud-maksud tertentu.
d. Penyelidikan yang lebih teliti akan membawa kita lebih jauh. Kalau kita membaca koran KOMPAS misalnya - kita akan melihat bahwa di dalamnya masih ada bermacam-macam bentuk tulisan: iklan, berita lelayu, Oom pasikom, laporan peristiwa dalam negri, berita olah raga dan masih banyak lagi yang lain.
e. Seorang yang akan menawarkan barang dagangannya, tidak akan memasang berita lelayu, melainkan memasang iklan. Kalau orang mau menyindir ia tidak akan memakai laporan peristiwa, melainkan memakai lakon Pailul.
f. Jadi, pesan yang mau disampaikan mencari bentuk yang tepat untuk menyampaikan pesan itu. Itulah yang disebut jenis sastra dan bentuk sastra.
3. Setiap sastra memiliki aturannya sendiri (terikat oleh budaya waktu dan tempat).
a. Kebudayaan Jawa mempunyai tembang (jenis sastra) yang dapat berarti megatruh, dandanggula, kinanti dan sebagainya (= bentuk sastra). Kebudayaan Melayu terkenal dengan pantun-pantunnya. Jaman revolusi menghasilkan puisi-puisi perjuangan, lagu-lagu mars, novel-novel revolusi.
b. Setiap jenis sastra, setiap bentuk sastra mempunyai aturan permainan sendiri dan harus dibaca atau ditanggapi dengan sikap-sikap yang sesuai. Suatu berita olahraga tidak akan dibaca sebagai puisi dan sebaliknya. Suatu sapaan “Apa kabar”, tidak akan ditanggapi dengan pertanyaan balik, “Kabar yang mana?”. Seandainya demikian relasi tidak akan terbangun dengan mulus.
c. Jadi jenis sastra dan bentuk sastra pada umumnya ialah cara yang di jaman dan lingkungan kebudayaan tertentu umum dipakai untuk menyatakan isi hati, pikiran dan kebenaran. Masing-masing jenis sastra an bentuk sastra ada kaidah dan patokannya sendiri untuk mengungkapkan kebenaran yang dimaksudkan. Pengertian akan hal ini akan sangat membantu kita untuk mempunyai sikap yang benar terhadap Kitab Suci dan mengertinya secara benar pula.
4. Kitab Suci bukanlah satu jenis buku atau tulisan yang dikarang oleh orang yang sama, pada waktu yang sama.
a. Kitab Suci terdiri dari dua bagian besar, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian Lama terdiri dari 46 tulisan, yang mengungkapkan iman Israel sebagai bangsa yang disapa oleh Allah sepanjang sejarah hidup mereka yang berlangsung lebih dari sepuluh abad. Israel sebagai bangsa yang hidup menghasilkan berbagai macam tulisan, misalnya:
1) Kisah-kisah: dengan mendengarkan kisah-kisah masa lampau, orang disadarkan sebagai anggota suatu keluarga yang sama, yang sedang menempuh sejarah hidup yang sama pula.
2) Kisah-kisah kepahlawanan: ini pun termasuk kisah masa lampau. Maksud utama kisah-kisah semacam ini adalah untuk menimbulkan semangat dan untuk menghormati para pahlawan mungkin dengan cara membesar-besarkan peristiwa demi kehormatan pahlawan itu.
3) Hukum: berperan untuk mengorganisasi masyarakat sehingga kehidupan bersama sebagai umat Allah subur dan berkembang.
4) Liturgi: ibadat mengungkapkan kehidupan bersama ini, seperti halnya perjamuan mempersatukan keluarga. Tindakan-tindakan keagamaan menunjukkan hubungan antara manusia dengan Allah.
5) Syair: kidung dan mazmur adalah ungkapan perasaan hati dan iman umat.
6) Nubuat: bukan terutama berarti ramalan akan masa depan, melainkan pernyataan bahwa rencana dan karya Allah tidak mungkin tidak terlaksana.
7) Kebijaksanaan: merupakan permenungan atas pertanyaan-pertanyaan dasar manusia: apakah kehidupan, kematian, kasih, kejahatan? Mengapa ada penderitaan?
b. Kita harus teliti dalam membaca Kitab Suci. Perbedaan-perbedaan jenis-jenis ini harus diperhatikan, karena setiap jenis atau bentuk mempunyai ciri-cirinya sendiri. Kita tidak membaca kisah penciptaan (Kej 1) sebagai suatu uraian ilmiah positif, karena yang kita temukan disana adalah syair untuk kepentingan ibadat. Demikian juga kisah penyeberangan Laut Merah bukan suatu laporan pandangan mata (Kel 14). Kisah ini adalah suatu kisah kepahlawanan.
c. Maka sejauh mungkin, kalau kita membaca Kitab Suci atau bagiannya, kita harus mengajukan pertanyaan: termasuk jenis atau bentuk sastra apakah tulisan ini? Apa akibatnya untuk pemahaman teks yang sedang kita baca? Pertanyaan ini sangat sulit dijawab karena banyak jenis-jenis sastra dan bentuk-bentuk sastra yang dipakai dalam Perjanjian Lama (dan juga Perjanjian Baru), tidak kita kenal lagi sebagai sarana yang dipakai oleh orang-orang pada abad ini untuk mengemukakan isi hati dan kebenaran.
5. Perjanjian Baru terdiri dari 27 tulisan,
a. terdiri dari empat Injil, satu Kisah Para Rasul, satu kitab Wahyu, yang lain adalah surat. Ada surat Paulus, Petrus, Yohanes dan yang lain.
b. Dalam jenis sastra Injil kita temukan bentuk sastra perumpamaan, mukjijat, pertikaian pendapat, pengajaran dan yang lain. Injil mulai dengan karya Yesus di Galilea dan berakhir dengan wafat dan kebangkitanNya di Yerusalem. Namun ini semua tidak diceritakan sebagai peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Injil selalu merupakan keaksian iman bahwa Yesus tetap hidup dan berkarya sekarang juga.
c. Dalam surat terdapat madah, rumusan iman. Jenis dan bentuk sastra inipun mempunyai kaidahnya sendiri-sendiri. Surat-surat Paulus selalu diawali dengan sapaan, disusul dengan doa, dilanjutkan dengan isi pokok surat dan ditutup dengan salam.
d. Beberapa contoh akan disebut secara garis besar:
1) Kisah mukjijat: biasanya mempunyai lima unsur, yaitu (i) pendahuluan; (ii) permohonan untuk campur tangan. Permohonan ini menunjukkan iman orang yang bersangkutan atau orang-orang yang berada di sekelilingnya; (iii) campur tangan dilakukan; (iv) akibat diceritakan; (v) reaksi orang-orang yang menyaksikan peristiwa: takut, kagum, heran.
2) Perumpamaan: untuk menyampaikan pengajaran supaya pengajaran itu mudah ditangkap. Kecuali itu juga untuk membantu para pendengar untuk menilai diri sendiri, membuat keputusan untuk diri sendiri tanpa menyadarinya.
3) Kisah panggilan: biasanya tidak panjang (perjumpaan sekilas - panggilan jawaban) dan dipolakan pada kisah-kisah panggilan dalam Perjanjian Lama. Dengan demikian ditunjukkan bahwa Yesus memanggil dengan kuasa yang sama dengan kuasa Allah.
4) Pidato perpisahan: seorang yang mempunyai kedudukan atau berperan besar dalam kehidupan (Yesus, Paulus) ketika tahu bahwa akhir hidupnya sudah dekat, memberikan pesan-pesan terakhir sebagai wasiat kepada para murid.
5) Pertikaian pendapat: pola yang dipakai adalah yang biasa diantara para terpelajar, yaitu para rabbi. Biasanya pertikaian pendapat mengandung unsur-unsur ini: (i) suatu sabda atau tindakan Yesus menimbulkan keheranan di pihak para pendengar (sering dibuat-buat); (ii) debat mulai dengan rumus, “tidakkah kaubaca dalam Kitab Suci ....” atau “tidak percayakah kamu ....”; (iii) pada akhirnya, masalah yang sesungguhnya muncul. Orang perlu menentukan pilihan dan seringkali ada perbedaan antar kelompok.
6) Penampakan: bentuk ini digunakan untuk menunjukkan kehadiran Allah. Penampakan yang terjadi di gunung Sinai sangat besar pengaruhnya untuk bentuk sastra ini selanjutnya. Di gunung Sinai digambarkan adanya petir, api, gunung yang berguncang untuk menunjukkan bahwa Allah hadir. Peristiwa ini membuat orang ketakutan. Inilah pula bentuk yang digunakan dalam peristiwa Pentakosta, Maria menerima kabar dari malaikat, makam kosong. Kita tidak boleh berpikir bahwa memang demikianlah yang terjadi, melainkan kehadiran Allah yang secara istimewa dialami. Kalau dikatakan bahwa orang-orang yang melihatnya “takut”, yang dimaksudkan ialah orang itu menyadari dirinya di hadirat Allah.
7) Apokaliptik: Jenis ini masih lebih menakjubkan lagi. yang menonjol ialah nada penderitaan, karena jenis ini muncul dalam tahap sejarah yang gelap, yang diwarnai oleh penganiayaan. Yang mau disampaikan adalah kepastian dalam hati orang beriman, bahwa Allah adalah Tuhan atas sejarah. Pada akhirnya Ia akan campur tangan dan menang, yaitu kalau kekuasaan jahat tampil dalam kepenuhannya. Bintang-bintang akan jatuh, bumi bergetar, langit runtuh dan akan datang langit baru dan bumi baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar