Siapa Matius?
Dalam Injil Markus dan Lukas kita berkenalan dengan nama asli Matius sebagaimana yang diberikan oleh orang tuanya.
“Sesudah itu Yesus pergi lagi ke pantai danau, dan seluruh orang banyak datang kepada-Nya. Lalu Ia mengajar mereka. Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku”. Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia” (Luk. 5:27-28).
Baru dalam Injil Matius kita langsung mendengar nama yang terkenal bagi kita.
“Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku.” Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia” (Mat. 9:9).
Jadi, Matius adalah seorang pegawai pajak. Ia termasuk go-longan yang sangat dibenci oleh rakyat. Orang-orang itu dise-but dalam Injil sebagai “pemungut cukai”. Para pegawai itu bertugas menarik pajak Negara Roma. Para pemungut bea itu tidak hanya dibenci karena dianggap antek-antek penjajah yang dipergunakan untuk memeras rakyat. Terlebih, mereka dibenci karena dianggap oleh rakyat sebagai koruptor, yang menuntut lebih banyak daripada yang ditentukan oleh peme-rintah.
Kantor Matius terletak di Galelia di pinggir jalan raya yang dari sebelah utara (Siria) menuju ke selatan (Mesir). Dia bertugas menarik bea masuk dan bea ekspor atas barang-barang yang diperdagangkan melalui jalan itu. Adakah Matius begitu rendah hati, sehingga dalam injilnya tidak memberita-hukan akibat yang mengharukan dari panggilannya itu? Sebab, tindakan Matius yang pertama ialah memperkenalkan Yesus kepada rekan-rekannya (sekelompok pemungut cukai lain yang sama-sama dihina dan dibenci). Barangkali Matius tidak mem-punyai sahabat-sahabat lain (bdk. Luk. 5:27-32).
Siapakah Penulis Injil Matius?
Adakah Matius benar-benar menggubah injilnya? Pertanyaan ini muncul ketika orang menyadari bahwa injil-injil yang kita miliki tidak ditulis sekaligus, tetapi lama sesudah peristiwanya terjadi.
Di zaman itu tidak semua orang dapat membaca dan ingatan diutamakan daripada tulisan. Bahan yang terkumpul dalam injil beberapa lama disampaikan secara lisan saja. Baru kemu-dian ditulis. Tradisi Kristiani menghubungkan injil pertama dengan Rasul Matius. Tradisi itu tentu saja tidak dapat ditolak begitu saja. Walaupun demikian, tradisi itu bukanlah jaminan mutlak bahwa Matius benar-benar menulis injilnya itu. Injil tidak kurang berharga kalau ternyata bukan Matius yang menulisnya.
Ada tradisi yang mengatakan bahwa mula-mula injil itu diterbitkan dalam Bahasa Aram (bahasa rakyat di Palestina). Banyak ahli tetap menerima tradisi itu. Tetapi, juga ada sementara ahli yang meragukan kebenarannya. Bagaimanapun juga injil dalam Bahasa Yunani itu bukanlah terjemahan dari injil dalam Bahasa Aram. Sebaliknya, dalam menerjemahkan injil dari bahasa Aram itu penggubah terakhir memperluasnya dan menambah macam-macam bahan-bahan baru. Boleh jadi injil dalam bahasa Aram itu adalah tulisan Rasul Matius, sedangkan saduran Yunaninya dikerjakan oleh orang lain. Injil dalam Bahasa Aram itu, seandainya pernah ada, sudah dalam abad II hilang sama sekali.
Ciri-ciri Injil Matius
Di antara keempat Injil, Matius adalah Injil yang paling dikenal jemaat. Kebanyakan bagian Injil yang umum dikenal justru berasal dari Injil ini dan dalam ibadah Gereja zaman itu pun paling banyak dipergunakan. Dan memang Injil Matius itu adalah Injil yang paling luas dan paling lengkap.
Injil ini disusun secara teratur, walaupun tidak menurut urutan waktu. Barangkali keterampilan Matius sehubungan dengan administrasi pajak dan bea cukai membentuk wataknya begitu rupa sehingga suka akan keteraturan dan ketelitian. Matius mengumpulkan dan menyusun perkataan-perkataan dan khot-bah Yesus yang dibawakan pada waktu yang berbeda-beda. Ia menyusun Injilnya sedemikian rupa sehingga Injil itu meru-pakan rangkaian lima khotbah besar (lihat struktur). Matius dengan sengaja berbuat demikian untuk membuat Injilnya sejalan dengan Taurat Musa yang juga terdiri dari lima kitab.
Injil Matius terutama menggambarkan Yesus sebagai seorang guru, Musa yang baru. Tidaklah kebetulan khotbah pertama disampaikan Yesus dari atas sebuah bukit lalu Ia turun. Cara menggambarkan Yesus itu mengingatkan kita kepada Musa yang memaklumkan hukum Taurat kepada umat Israel dari atas Gunung Sinai, lalu turun.
Dalam khotbah besar itu pun dipertentangkan satu sama lain hukum lama dan tuntutan Yesus yang baru. Hukum lama tidak dibatalkan, tetapi disempurnakan, artinya dibawa kepada apa yang sejak awal mula dimaksudkan oleh Tuhan.
“Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek-moyang kita: Jangan membunuh … Tetapi Aku berkata kepadamu: ‘Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum’ (Mat. 5:21-22)”
“Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya” (Mat. 5:27).
Sampai enam kali terulang: “Kamu mendengar firman … Tetapi Aku berkata.” Seluruh khotbah yang panjang itu me-muncak dengan tuntutan yang mendasar ini: “Haruslah kamu sempurna, seperti Bapamu yang di surga sempurna ada-Nya” (Mat. 5:48). Mungkin Matius berpikir tentang kehidupannya dahulu dengan berkata: “Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?” (Mat. 5:46). Bekas pemungut cukai memang tahu bahwa para koruptor saling mendukung dan menolong!
Ditulis untuk Orang Bekas Yahudi?
Banyak ahli menerima bahwa Matius menulis Injilnya bagi jemaat-jemaat di Palestina, jadi bagi orang Kristiani yang dahulu menganut agama Yahudi. Ini sedikit menerangkan mengapa Matius suka mengutip nas-nas dari Perjanjian Lama. Dapat juga dipahami mengapa ia cukup pedas terhadap pemimpin-pemimpin Yahudi (kaum Farisi dan ahli-ahli Tau-rat). Bagian yang paling pahit di dalam seluruh Perjanjian Baru ialah Mat. 23. Ia menuduh kaum Farisi dan ahli Taurat sebagai orang-orang “munafik.” Dalam Injil Matius kata ini tidak sama artinya dengan kata Indonesia. Yang sesungguhnya dituduh-kan Matius ialah: Kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat tidak cukup radikal dalam mengartikan dan melaksanakan hukum Taurat. Dan tuduhan yang sama kiranya dapat dilontarkannya kepada orang-orang Kristiani yang tidak cukup radikal dalam melaksa-nakan tuntutan Yesus sebagaimana disampaikan oleh Matius.
Dengan mengutip nas-nas dari Perjanjian Lama Matius mau menekankan bahwa Perjanjian Lama itu sampai pada kepenuhannya dalam diri Yesus dan karya-Nya. Biasanya Matius mengutip Perjanjian Lama dengan berkata: “supaya genaplah Kitab Suci, firman….” Yang diharapkan oleh seluruh umat Israel dan yang dengan hangat dinantikannya, yaitu Kerajaan Allah yang baru, sudah tiba. Sudah barang tentu Matius sangat kecewa melihat bahwa banyak orang Yahudi tidak sampai percaya. Hal ini memberikan sedikit penjelasan mengapa sikapnya agak negatif terhadap bangsa Yahudi di zamannya dan penduduk Yerusalem.
Struktur
Injil Matius terdiri dari lima khotbah besar. Di sekitar kelima khotbah itu Matius menyusun bahan-bahan lain yang meng-gambarkan bagaimana Kerajaan atau pemerintahan Allah itu sudah mulai menembus ke dalam dunia ini dengan diri Yesus dan karya-Nya.
1-2 PROLOG
3:1-7:29 BAGIAN I: PEWARTAAN KERAJAAN ALLAH
- Kisah Permulaan karya Yesus (3:1-4:25)
- Khotbah Khotbah di bukit (5-7)
8:1-11:1 BAGIAN II: PELAYANAN DI GALILEA
- Kisah Mukjizat-mukjizat (8:1-9:38)
- Khotbah Bagi para pewarta (10:1-11:1)
11:2-13:52 BAGIAN III: PERTIKAIAN DAN PERUMPAMAAN
- Kisah Ketidakpercayaan dan sikap bermusuhan dari orang-orang Yahudi (11:2-12:50)
- Khotbah Rahasia Kerajaan Allah (13:1-52)
13:53-18:35 BAGIAN IV: PEMBENTUKAN KELOMPOK MURID
- Kisah Macam-macam peristiwa yang mengawali kepergian Yesus ke Yerusalem (13:53-17:27)
- Khotbah Tentang Gereja (18:1-35)
19:1-25:46 BAGIAN V: YUDEA DAN YERUSALEM
- Kisah Perjalanan ke Yerusalem dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sana (19:1-23:39)
- Khotbah Tentang akhir zaman (24:1-25:46)
26:1-28:20 EPILOG
- Kisah Sengsara (26:1-27:66)
- Kisah Kebangkitan (28:1-20)
Bagaimana Membaca Injil Matius?
Baiklah orang mulai dengan membaca khotbah di bukit. Sebab, khotbah itu paling mampu mengganggu orang dan membangkitkannya dari tidur. Orang akan menyadari betapa radikal dan mutlak tuntutan Yesus terhadap mereka yang mau menakhlukkan diri kepada pemerintahan Allah untuk mem-peroleh keselamatan. Dari pihak lain diri Matius, bekas pe-mungut cukai, pemeras dan koruptor, menjadi bukti yang paling jelas bahwa Yesus datang untuk menyelamatkan orang berdosa. Dan Ia pun membuat orang berdosa sanggup menanggapi tuntutan-tuntutan Injil-Nya. Karena perkataan Yesus disertai kekuatan cinta kasih-Nya, tuntuntan-tuntutan-Nya mampu mengubah permukaan bumi.
*Materi diambil dari Suharyo, I., Pengantar Injil Sinoptik, Kanisius, Yogyakarta, 1989
Tidak ada komentar:
Posting Komentar