Santo Hieronimus berkata, "Tak Kenal Kitab Suci, Tak Kenal Kristus"

Selasa, 19 April 2016

101 TANYA JAWAB KITAB SUCI: PENYELIDIKAN KITAB SUCI (8)

28. Saya perhatikan bahwa Romo dan beberapa ahli sering menggunakan kata atau istilah "kritik Kitab Suci." Apa yang anda maksudkan dengan itu?
Dalam beberapa  hal  istilah itu   kurang  menguntungkan.  Biasanya  'kritik'  mengandung penilaian  negatif  dan  tentu  saja  yang  kita   maksudkan bukanlah  sikap  negatif terhadap Kitab Suci. Menurut maksud yang  kurang  biasa,  kritik  mengandaikan   pembacaan   dan analisis  yang seksama atas suatu karya. Misalnya saja koran memuat kritik film  atau  buku.  Biasanya  penilaian  mereka terhadap  film  atau  buku  tertentu  sangat  menguntungkan. Kendati demikian, ia tetap merupakan  suatu  penilaian  yang memperhitungkan berbagai aspek.
Dalam  hal  Kitab  Suci, ada banyak bentuk kritik. Misalnya, yang memandang Kitab Suci  sebagai  karya  sastra.  Di  situ teknik-teknik yang dipakai oleh pengarang untuk menyampaikan pesan kepada para  pembaca  dipelajari.  Bagus  atau  tidak, benar  atau  salah  para pengarang menggunakan teknik-teknik tertentu.   Bagaimana    tokoh-tokoh    dalam    perumpamaan ditampilkan.  Semua  itu dipelajari dalam kritik Kitab Suci. Jenis lain dari kritik Kitab  Suci  adalah  kritik  kanonik. Masing-masing  kitab  dalam  Kitab  Suci  adalah bagian dari suatu kanon, yaitu  suatu  koleksi  yang  lebih  besar  yang diakui  atau diterima oleh Gereja. Koleksi ini mencakup baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian  Baru.  Bagaimana  tulisan pengarang  abad  ke  enam  sebelum  M  bisa berkaitan dengan tulisan-tulisan sebelumnya atau sesudahnya? Lebih jauh lagi, bagaimana  tulisan  itu  bisa  berhubungan dengan Perjanjian Baru yang mewartakan iman kepada  Yesus  Kristus?  Bagaimana tulisan  Paulus  yang dalam hal tertentu mempunyai pandangan lain, bisa disatukan. Bandingkan saja antara Rm 3:28 dan Yak 2:24.26 misalnya.

Di  antara  banyak  bentuk  kritik Kitab Suci yang ada, saya baru menyebut dua. Kalau para ahli berbicara tentang  kritik Kitab  Suci,  biasanya  yang  mereka maksudkan adalah kritik historis. Selanjutnya buku ini juga memaksudkan itu.  Kritik ini  mencakup  pengetahuan  tentang  siapa  pengarang  suatu kitab, kapan dan dalam  situasi  apa  kitab  ditulis,  serta mengenai   pembaca   atau  pendengar  yang  menjadi  sasaran tulisannya. Kritik ini pun membicarakan sifat suatu tulisan. Dengan  kata  lain,  kritik  historis menyelidiki Kitab Suci seperti menyelidiki kitab-kitab lain, mencari pesan apa yang mau  disampaikan  dalam  buku  itu.  Di balik ini semua, ada keyakinan bahwa inspirasi ilahi tidak menyebabkan  pandangan dan  konteks  manusiawi tak berarti. Tuhan memang maha tahu, tetapi pengarang Kitab  Suci  tidak.  Karena  itu  kata-kata Kitab  Suci  bukanlah  jawaban  atas  segala persoalan hidup manusia.
29. Meskipun sudah mengunakan metode kritis seperti itu, namun bagi saya masih ada beberapa kitab yang terasa sulit. Menurut Pastor buku mana yang paling sulit?
Bidang saya Perjanjian Baru. Jadi  pertanyaan  ini  boleh  saya  lebih khususkan menjadi: Kitab Suci Perjanjian Baru mana yang  paling  sulit?  Inipun masih perlu diperjelas lagi. Paling sulit ditinjau dari kaca mata para ahli atau kaca mata pembaca biasa? Berhubung  anda yang  bertanya,  saya  akan  melihatnya  dari  sudut pandang pembaca. Yang paling sulit saya  kira  adalah  Kitab  Wahyu. Dari  sudut  pandang  ahli  Kitab  Suci kitab ini tidak saya anggap paling sulit karena pada umumnya para ahli mengetahui dan  membaca  banyak  buku serupa. Mereka sudah akrab dengan tulisan dengan model demikian.
Walau istilah 'apokaliptik'  kini  banyak  digunakan  orang, namun  jenis  apokaliptik  seperti yang ada dalam Kitab Suci bukanlah bentuk yang  lazim  dalam  tulisan-tulisan  modern. Banyak pembaca masa kini mengartikan skema-skema angka dalam kitab Wahyu secara harafiah. Hal  itu  pasti  membingungkan. Jadi  dari  kaca mata pembaca, kitab Wahyu adalah kitab yang paling sulit.
30. Mengingat jawaban pada nomor 29, apa sebenarnya yang menjadi pesan kitab Apokalips atau Wahyu?
Saya  senang  bahwa  anda memakai  kedua  istilah  yang dikenakan pada kitab itu. Nama 'apokalips' berasal dari  bahasa  Yunani  apokalypsis,  yang berarti  penyingkapan  (selubung).  Sedangkan  nama  "Wahyu" adalah terjemahan dari  bahasa  Latin  revelatio  yang  juga berarti penyingkapan. Dengan menyebut kedua nama itu, tampak bahwa anda sudah mempunyai pengetahuan tertentu tentang  hal yang sampai sekarang masih tersembunyi.  
Anda bertanya soal pesan. Saya justru akan mulai dengan yang pasti bukan pesan. Hendaknya kita  tidak  beranggapan  bahwa penulis   kitab   Wahyu  mendapat  ilham  istimewa  sehingga mengetahui apa yang akan terjadi  di  masa  mendatang.  Jadi sia-sialah  kalau  berdasarkan  kitab ini orang berspekulasi tentang berapa lama lagi dunia akan bertahan, kapan  Kristus akan  kembali,  atau  kapan  kira-kira  kiamat akan terjadi. Kendati demikian,  spekulasi-spekulasi  seperti  itu  memang telah  mempesona  selama dua ribu tahun. Ada saja orang yang mengatakan bahwa kiamat sudah dekat,  karena  mereka  merasa memahami  pesan-pesan  angka Wahyu. Interpretasi seperti ini pasti keliru, nyatanya sampai sekarang dunia masih ada.
Inti pesan kitab Wahyu  adalah  harapan  dimasa  penindasan. Penulis   melalui  bahasa  lambang,  menggambarkan  zamannya sebagai zaman yang penuh kesengsaraan dan penderitaan akibat ulah  si  jahat.  Ia ingin meyakinkan pembacanya bahwa Tuhan tetap  menguasai  keadaan.  Dan  itu  dilukiskannya   dengan menggunakan  gambaran  buku  surgawi  yang di dalamnya telah tertulis segala hal, atau periode waktu saat semua  kegiatan sudah  ditentukan,  atau  malaikat yang berhasil mengalahkan kekuatan-kekuatan  si  jahat,  atau  binatang-binatang  baik menang   atas   binatang  jahat.  Penulis  ingin  meyakinkan kelompok-kelompok yang tertindas bahwa  mereka  bukan  tanpa harapan,  sebab  Tuhan  akan  mengakhiri  semua  penderitaan mereka. Tuhan akan menyelamatkan mereka yang tetap setia dan menghancurkan  kekuatan  si  jahat.  Kapan  semua  itu  akan terjadi? Segera? Entah dia menulis pada  500  tahun  sebelum Kristus,  atau  250  tahun,  atau  bahkan  pada  akhir  abad pertama. Semua ini dilihat dari kaca mata Tuhan,  yang  kita percayai   tidak  akan  membiarkan  umat-Nya  tertindas  dan dihancurkan selamanya.
Ada pesan yang  lebih  mendalam  yang  akan  saya  tunjukkan secara  sepintas.  Keyakinan bahwa apa yang terjadi di dunia ini, seperti perang, penindasan bahkan malapetaka,  hanyalah merupakan  bagian  atau  sisi  kelabu  dan  tak berarti dari seluruh kenyataan. Hal yang jauh lebih  penting  adalah  apa yang  akan  terjadi  di surga, seperti yang digambarkan baik dengan malaikat-malaikat dan para  suci  yang  memuji  Tuhan maupun  dengan  kemenangan  Tuhan  atas  kekuatan kodrati si jahat.
Penulis Apokalips sering memandang hal-hal sekaligus surgawi dan  duniawi,  serta  menawarkan  arti  yang lebih luas dari jangkauan kosmik kepada para pembaca. Liturgi agung di surga menjadi  bagian dari kenyataan kalau kita memahaminya dengan mata iman. Yang dilukiskan dalam  kitab  Wahyu  sesungguhnya merupakan   anugerah   bagi  gambaran  dan  pengertian  iman Kristen. Itu sebabnya saya selalu  merasa  jengkel  terhadap para  fundamentalis  yang berusaha menemukan kunci pemahaman sejarah masa  kini  dalam  kitab  Wahyu  ini.  Mereka  tidak melihat dimensi mistis kitab ini.

Baca juga:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar