5.
Bukankah orang Katolik dan orang Protestan berbeda pendapat mengenai jumlah
Kitab Suci?
Sejauh menyangkut Perjanjian Baru, baik
Katolik maupun Protestan mempunyai Kitab Suci yang sama
dalam jumlah dan urutannya.
Perbedaan terdapat dalam Perjanjian
Lama. Orang Protestan
dan orang Yahudi mengakui Alkitab Perjanjian
Lama sebanyak 39
kitab; sementara Perjanjian Lama orang Katolik, berjumlah 46 kitab. Ini memang
pembedaan yang sangat
sederhana. Pada kenyataannya
agak sedikit kompleks. Ada beberapa Gereja yang sukar digolongkan
Katolik atau Protestan
dan mempunyai pandangan lain
mengenai jumlah Kitab Suci.
Secara
sederhana, kita dapat mengatakan demikian: ada tujuh kitab Perjanjian
Lama yang terdapat
dalam Kitab Suci Katolik, tetapi
tidak ada dalam
Kitab Suci Protestan. Ketujuh kitab tersebut, yaitu
Tobit, Yudit, I
Makabe, II Makabe, Yesus
Sirakh, Kebijaksanaan Salomo,
Barukh dan beberapa bagian dari
kitab Daniel dan Ester. Orang Katolik menyebutnya kitab-kitab
Deuterokanonika, sedang orang Protestan menyebutnya Apokrip.
Persoalannya cukup rumit. Namun secara
garis besar dapat dikatakan demikian:
kitab-kitab tersebut tersimpan dalam bahasa Yunani,
bukan dalam bahasa
Ibrani atau Arami. Kitab-kitab itu
dikenal orang Kristen melalui Septuaginta, yaitu Kitab Suci Perjanjian
Lama dalam bahasaYunani,
yang diterjemahkan oleh orang
Yahudi sebelum Kristus dan menjadi Kitab Suci yang diterima secara umum oleh
Gereja Perdana.
Dalam usaha
menerjemahkan Kitab Suci
dari bahasa-bahasa asli, para
pendukung Reformasi sangat
curiga terhadap kitab-kitab yang
tidak tersedia dalam
bahasa Ibrani dan Arami
tersebut. Kebanyakan dari mereka
menolak kitab-kitab itu.
Persoalannya tambah rumit,
karena para teolog Katolik justru menggunakan
kitab-kitab itu sebagai acuan doktrin-doktrin yang ditolak oleh para
pendukung Reformasi. Sebagai contoh 2
Mak 12: 42-46 ditafsirkan sebagai pendukung gagasan mengenai api
penyucian. Jawaban pihak
Reformasi tentu saja menyangkal kitab itu sebagai bagian Kitab Suci.
6.
Apa kiranya akan ada kesepakatan mengenai kitab-kitab Perjanjian Lama, yang
tidak diterima oleh orang Protestan itu?
Sejauh
dapat diperkirakan, rasanya tidak
mungkin di masa depan ada pernyataan resmi dari Gereja Protestan untuk
menerima ketujuh kitab
tadi sebagai bagian dari
Kitab Suci. Mereka
sulit mencapai kesepakatan tentang
autoritas yang dapat
mengeluarkan pernyataan
semacam itu. Kemungkinan
perubahan sikap dari pihak Katolik pun tidak ada.
Gereja Katolik Roma
secara resmi telah mengakui
kitab-kitab itu sebagai Kitab Suci sejak Konsili Trente.
Ini memang kenyataan yang menyedihkan. Tetapi
tidak tanpa harapan. Seperti
halnya
pertentangan-pertentangan tajam dalam
abad ke 16, di sini pun
selalu ada jalan
keluar. Banyak Kitab Suci yang
dicetak dalam kerjasama dengan pihak Protestan memuat ketujuh
kitab Deuterokanonika tersebut. Biasanya kitab-kitab
itu diletakkan di antara Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru.
Pemuatan ini memang bukan pengakuan bahwa
kitab-kitab itu kanonik, tetapi
setidak-tidaknya merupakan
pengakuan atas dua kenyataan Ekumenik. Pertama, kini orang Katolik membaca Alkitab bersama
orang Protestan dan tercapailah
keinginan memiliki Alkitab lengkap. Kedua, orang Katolik dan Protestan terdorong bersama-sama
mempelajari Kitab Suci. Kitab-kitab itu
sangat penting untuk
memahami awal Yudaisme
dan Perjanjian Baru. Ditulis
lebih dekat dengan
masa Yesus daripada
kitab-kitab lain yang
umum diterima sebagai Perjanjian Lama. Memuat banyak gagasan dan pengharapan
yang diterima oleh Yesus. Itu sebabnya
kitab-kitab ini penting bagi
studi Kitab Suci.
Jika pembaca Protestan dan para mahasiswa semakin akrab
dengan kitab-kitab Deuterokanonika tersebut, maka
beberapa kecurigaan lama pun akan lenyap. Kitab-kitab itu
tidak lagi dipandang
sebagai senjata di tangan.
7.
Anda mengatakan, bahwa orang Protestan dan Katolik sependapat mengenai
kitab-kitab Perjanjian Baru. Bagaimana mengenai Injil-injil Apokrip?
Istilah "apokrip" mempunyai beberapa makna.
Dalam kalangan Protestan
istilah ini dikenakan untuk tujuh
kitab di
atas, yang diterima
oleh orang Katolik sebagai
kanonik. Kenyataannya istilah "apokrip" dapat
dikenakan lebih umum
pada sejumlah kitab-kitab Yahudi
dan Kristen yang
baik oleh orang Protestan maupun orang Katolik
tidak diakui sebagai
Kitab Suci. Apokrip mencakup kitab-kitab Yahudi seperti: Henokh, Yubile,
Pengangkatan Musa, IV Ezra dan lain-lain, yang tidak termasuk dalam kanon (=
daftar Kitab Suci) yang kita terima, walaupun beberapa di antaranya diakui
sebagai Kitab Suci oleh Gereja Etiopia.
Istilah Apokrip juga dikenakan pada
tulisan-tulisan Kristen, termasuk
injil-injil yang tidak
terdaftar dalam kanon. Beberapa di
antaranya cukup tua,
seperti Proto Injil Yakobus, yang amat berguna untuk
mengerti sikap terhadap masa
Kanak-kanak Yesus. Beberapa injil
apokrip walau sejak dulu dikenal tetapi telah hilang dan baru ditemukan kembali di
waktu akhir-akhir ini. Salah satu yang terkenal adalah bagian dari
Injil Petrus, yang
berisi kisah sengsara imajinatif. Pada
tahun 40-an telah ditemukan di
Mesir, di Nag Hammadi, suatu kumpulan tulisan
yang secara populer dianggap sebagai
injil Gnostik. Di antaranya terdapat yang kadang kala disebut "injil," yang
paling terkenal ialah injil Thomas.
8.
Adakah kemungkinan bahwa salah satu kitab Apokrip Perjanjian Baru pada suatu
saat diakui sebagai Kitab Suci kanonik?
Di
sini saya menjawab
pertanyaan dengan ganti bertanya:
Bagaimana cara Gereja menerima tulisan-tulisan sebagai Kitab Suci? Adakah kuasa dan wewenang dalam Gereja yang
melakukan hal itu? Apa
pertimbangan-pertimbangannya? Keadaan kebanyakan gereja Protestan tidak
memungkinkan adanya suatu pernyataan autoritatif yang mengakui Kitab Suci baru.
Gereja katolik mempunyai autoritas
yang diakui dapat bertindak seperti itu,
akan tetapi prinsip
pengakuan Kitab Suci Katolik
tidak memungkinkannya. Pada
Konsili Trente pedoman dasar untuk
mengakui Kitab Suci
sebagai kanonik adalah pemakaian yang
lama dan universal
dalam Gereja untuk pembacaan dalam liturgi umat. Karena
itu, bahkan seandainya ada suatu kitab kuno ditemukan dan ditulis oleh
Paulus, pun tetap tidak akan diterima sebagai Kitab suci, karena
tidak terdapat dalam daftar Kanon yang diterima Gereja. Kalau kita mengerti
Kitab Suci sebagai suatu kumpulan kitab-kitab
yang di dalamnya Gereja
menemukan sabda-sabda yang diinspirasikan, maka
kitab baru yang
ditemukan tetapi sebelumnya tidak
pernah dipakai, tidak
sesuai dengan kriteria tersebut.
Artinya tidak bisa menjadi Kitab suci.
9.
Sejauh mana injil-injil Apokrip itu berharga?
Pada umumnya para ahli yang terlibat dalam penemuan maupun publikasi
tulisan-tulisan ini tidak
menghendaki sensasi. Tetapi
seringkali pers suka sengaja
mencari sensasi, kalau
boleh saya katakan secara umum, para pembaca yang tidak berminat
mengenal Yesus lewat injil-injil kanonik
pasti tertarik pada kitab-kitab apokrip. Sebab disana diceritakan
misalnya bahwaYesus turun
dari salib, pergi ke India dan menyebarkan injil di sana.
Berikut
ini penilaian saya atas
injil-injil Apokrip temuan baru itu. Mereka tidak memberi informasi baru apapun
tentang kenyataan biografis dan
historis hidup Yesus, yang belum kita ketahui.
Kadang-kadang ada yang
menginformasikan sesuatu yang
baru mengenai bentuk ucapan Yesus. Bentuk yang lebih awal
daripada bentuk yang
ada dalam injil-injil kanonik. Jarang
sekali injil-injil Apokrip
memberi ucapan autentik Yesus, yang
tidak terdapat dalam
injil-injil Kanonik.
Anggapan bahwa injil Apokrip mengungkapkan wujud dan pikiran
jemaat Kristen Perdana (tahun
30-70), sedang injil Kanonik
menampilkan kekristenan yang lebih kemudian, tidaklah benar.
Yang diungkapkan oleh injil-injil
itu hanyalah bagaimana orang Kristen
abad kedua berpikir tentang Yesus, bagaimana mereka merasakan
kehidupan Yesus dalam
rincian yang dikhayalkan,
rincian tersebut tidak ada dalam injil Kanonik. Maka kalau saya harus
menjawab apakah injil-injil
Apokrip temuan baru itu
bermanfaat atau tidak, harus saya katakan bahwa mereka bermanfaat.
Mereka membantu kita memahami aneka kelompok
Kristen abad kedua,
ketiga atau keempat. Tetapi praktis mereka tidak
memberi informasi historis
tentang Yesus atau kekristenan
sebelum kematian Petrus dan Paulus tahun 60-an. Membacanya tentu
saja tidak dilarang,
karena dapat membuka cakrawala baru.
10.
Saya mendengar, bahwa beberapa injil Apokrip mempunyai pengaruh pada pikiran katolik. Benarkah
itu?
Barangkali anda masih ingat jawaban
saya pada Nomor 7. Di situ saya membedakan antara tulisan-tulisan
apokrip yang dikenal sejak awal
mula dan tulisan-tulisan yang
baru ditemukan. Di
antara kelompok pertama saya
sebutkan Proto injil
Yakobus. Tulisan ini berasal
dari pertengahan abad kedua, banyak digunakan dan dikutip dalam Gereja
berabad-abad lamanya. Tulisan
ini mempunyai pengaruh kuat pada gambaran orang Kristen mengenai Maria,
sebab di sini ditemukan latar
belakang (imajinatip) Maria sebelum menerima kabar gembira dari malaikat
Gabriel. Nama orang tua Maria, Yoakhim dan Anna, juga
berasal dari tulisan ini.
Demikian juga kisah Maria dipersembahkan ke Bait Allah
semasa kanak-kanak. Kisah
persembahan itu kini dipestakan Gereja
dan banyak dijadikan objek
lukisan para seniman. Dari tulisan ini pula muncul gambaran Yusuf sebagai orangtua yang
memegang bunga bakung, tongkatnya berbunga sebagai tanda
bahwa ia layak menjadi pendamping Maria.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar