Santo Hieronimus berkata, "Tak Kenal Kitab Suci, Tak Kenal Kristus"

Selasa, 19 April 2016

101 TANYA JAWAB KITAB SUCI: KITAB-KITAB ASLI DAN APOKRIP (3)

5. Bukankah orang Katolik dan orang Protestan berbeda pendapat mengenai jumlah Kitab Suci?
Sejauh menyangkut Perjanjian Baru,  baik  Katolik  maupun  Protestan mempunyai Kitab Suci yang sama dalam jumlah  dan  urutannya.  Perbedaan  terdapat dalam  Perjanjian  Lama.  Orang  Protestan  dan orang Yahudi mengakui  Alkitab  Perjanjian  Lama   sebanyak   39   kitab; sementara Perjanjian Lama orang Katolik, berjumlah 46 kitab. Ini   memang   pembedaan   yang   sangat   sederhana.   Pada kenyataannya agak sedikit kompleks. Ada beberapa Gereja yang sukar  digolongkan  Katolik  atau  Protestan  dan  mempunyai pandangan lain mengenai jumlah Kitab Suci.
Secara  sederhana, kita dapat mengatakan demikian: ada tujuh kitab  Perjanjian  Lama  yang  terdapat  dalam  Kitab   Suci Katolik,  tetapi  tidak  ada  dalam  Kitab  Suci  Protestan. Ketujuh kitab tersebut, yaitu Tobit,  Yudit,  I  Makabe,  II Makabe,  Yesus  Sirakh,  Kebijaksanaan  Salomo,  Barukh  dan beberapa bagian dari kitab Daniel dan Ester.  Orang  Katolik menyebutnya   kitab-kitab   Deuterokanonika,   sedang  orang Protestan menyebutnya Apokrip.
Persoalannya cukup rumit. Namun  secara  garis  besar  dapat dikatakan  demikian:  kitab-kitab  tersebut  tersimpan dalam bahasa  Yunani,  bukan  dalam  bahasa  Ibrani  atau   Arami. Kitab-kitab  itu  dikenal orang Kristen melalui Septuaginta, yaitu Kitab Suci Perjanjian Lama  dalam  bahasaYunani,  yang diterjemahkan  oleh orang Yahudi sebelum Kristus dan menjadi Kitab Suci yang diterima secara umum oleh Gereja Perdana.

Dalam usaha  menerjemahkan  Kitab  Suci  dari  bahasa-bahasa asli,   para  pendukung  Reformasi  sangat  curiga  terhadap kitab-kitab yang tidak  tersedia  dalam  bahasa  Ibrani  dan Arami  tersebut.  Kebanyakan dari mereka menolak kitab-kitab itu.  Persoalannya  tambah   rumit,   karena   para   teolog Katolik justru  menggunakan  kitab-kitab itu  sebagai  acuan doktrin-doktrin yang ditolak oleh para pendukung  Reformasi. Sebagai contoh 2 Mak 12: 42-46 ditafsirkan sebagai pendukung gagasan mengenai  api  penyucian.  Jawaban  pihak  Reformasi tentu saja menyangkal kitab itu sebagai bagian Kitab Suci.
6. Apa kiranya akan ada kesepakatan mengenai kitab-kitab Perjanjian Lama, yang tidak diterima oleh orang Protestan itu?
Sejauh  dapat  diperkirakan, rasanya  tidak  mungkin  di  masa depan ada pernyataan resmi dari Gereja Protestan  untuk  menerima  ketujuh  kitab  tadi sebagai  bagian  dari  Kitab  Suci.  Mereka  sulit  mencapai kesepakatan  tentang  autoritas  yang   dapat   mengeluarkan pernyataan  semacam  itu.  Kemungkinan  perubahan sikap dari pihak Katolik pun tidak  ada.  Gereja  Katolik  Roma  secara resmi  telah  mengakui  kitab-kitab  itu  sebagai Kitab Suci sejak Konsili Trente.
Ini memang kenyataan yang menyedihkan.  Tetapi  tidak  tanpa harapan.   Seperti  halnya  pertentangan-pertentangan  tajam dalam abad ke 16, di  sini  pun  selalu  ada  jalan  keluar. Banyak  Kitab Suci yang dicetak dalam kerjasama dengan pihak Protestan memuat  ketujuh  kitab  Deuterokanonika  tersebut. Biasanya  kitab-kitab  itu  diletakkan  di antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Pemuatan ini memang bukan pengakuan  bahwa  kitab-kitab  itu kanonik,  tetapi  setidak-tidaknya  merupakan pengakuan atas dua kenyataan Ekumenik. Pertama, kini orang Katolik  membaca Alkitab  bersama  orang  Protestan dan tercapailah keinginan memiliki Alkitab lengkap. Kedua, orang Katolik dan Protestan terdorong  bersama-sama  mempelajari Kitab Suci. Kitab-kitab itu  sangat  penting  untuk  memahami  awal   Yudaisme   dan Perjanjian  Baru.  Ditulis  lebih  dekat  dengan  masa Yesus daripada  kitab-kitab  lain  yang  umum   diterima   sebagai Perjanjian  Lama. Memuat banyak gagasan dan pengharapan yang diterima oleh Yesus. Itu sebabnya  kitab-kitab  ini  penting bagi  studi  Kitab  Suci.  Jika  pembaca  Protestan dan para mahasiswa semakin akrab dengan  kitab-kitab  Deuterokanonika tersebut,  maka  beberapa  kecurigaan  lama pun akan lenyap. Kitab-kitab itu tidak  lagi  dipandang  sebagai  senjata  di tangan.
7. Anda mengatakan, bahwa orang Protestan dan Katolik sependapat mengenai kitab-kitab Perjanjian Baru. Bagaimana mengenai Injil-injil Apokrip?
Istilah "apokrip"  mempunyai beberapa   makna.   Dalam  kalangan  Protestan  istilah  ini dikenakan untuk tujuh kitab  di  atas,  yang  diterima  oleh orang   Katolik   sebagai   kanonik.   Kenyataannya  istilah "apokrip"  dapat  dikenakan   lebih   umum   pada   sejumlah kitab-kitab   Yahudi   dan  Kristen  yang  baik  oleh  orang Protestan maupun orang Katolik tidak  diakui  sebagai  Kitab Suci.  Apokrip  mencakup kitab-kitab Yahudi seperti: Henokh, Yubile, Pengangkatan Musa, IV Ezra dan lain-lain, yang tidak termasuk dalam kanon (= daftar Kitab Suci) yang kita terima, walaupun beberapa di antaranya  diakui  sebagai  Kitab  Suci oleh Gereja Etiopia.
Istilah Apokrip juga dikenakan pada tulisan-tulisan Kristen, termasuk  injil-injil  yang  tidak  terdaftar  dalam  kanon. Beberapa   di  antaranya  cukup  tua,  seperti  Proto  Injil Yakobus, yang amat berguna  untuk  mengerti  sikap  terhadap masa  Kanak-kanak  Yesus. Beberapa injil apokrip walau sejak dulu dikenal tetapi telah hilang dan baru ditemukan  kembali di  waktu  akhir-akhir  ini. Salah satu yang terkenal adalah bagian  dari  Injil  Petrus,  yang  berisi  kisah   sengsara imajinatif.  Pada  tahun  40-an telah ditemukan di Mesir, di Nag Hammadi, suatu  kumpulan  tulisan  yang  secara  populer dianggap  sebagai  injil Gnostik. Di antaranya terdapat yang kadang kala disebut  "injil,"  yang  paling  terkenal  ialah injil Thomas.
8. Adakah kemungkinan bahwa salah satu kitab Apokrip Perjanjian Baru pada suatu saat diakui sebagai Kitab Suci kanonik?
Di  sini  saya  menjawab  pertanyaan  dengan ganti bertanya: Bagaimana cara Gereja menerima tulisan-tulisan sebagai Kitab Suci?  Adakah kuasa dan wewenang dalam Gereja yang melakukan hal itu? Apa    pertimbangan-pertimbangannya? Keadaan kebanyakan gereja Protestan tidak memungkinkan adanya suatu pernyataan autoritatif yang mengakui Kitab Suci baru. Gereja katolik  mempunyai  autoritas  yang  diakui  dapat bertindak seperti  itu,  akan  tetapi  prinsip  pengakuan  Kitab  Suci Katolik  tidak  memungkinkannya. Pada Konsili Trente pedoman dasar untuk  mengakui  Kitab  Suci  sebagai  kanonik  adalah pemakaian   yang  lama  dan  universal  dalam  Gereja  untuk pembacaan dalam liturgi umat. Karena itu, bahkan  seandainya ada  suatu kitab kuno ditemukan dan ditulis oleh Paulus, pun tetap tidak akan diterima sebagai Kitab suci,  karena  tidak terdapat dalam daftar Kanon yang diterima Gereja. Kalau kita mengerti Kitab Suci sebagai suatu kumpulan kitab-kitab  yang di    dalamnya    Gereja    menemukan    sabda-sabda    yang diinspirasikan,  maka  kitab  baru  yang  ditemukan   tetapi sebelumnya   tidak   pernah  dipakai,  tidak  sesuai  dengan kriteria tersebut. Artinya tidak bisa menjadi Kitab suci.
9. Sejauh mana injil-injil Apokrip itu berharga?
Pada umumnya para ahli  yang terlibat dalam penemuan maupun publikasi tulisan-tulisan ini tidak  menghendaki  sensasi.  Tetapi  seringkali  pers  suka sengaja  mencari  sensasi,  kalau  boleh saya katakan secara umum, para pembaca yang tidak berminat mengenal Yesus  lewat injil-injil kanonik pasti tertarik pada kitab-kitab apokrip. Sebab disana  diceritakan  misalnya  bahwaYesus  turun  dari salib, pergi ke India dan menyebarkan injil di sana.
Berikut  ini  penilaian saya atas injil-injil Apokrip temuan baru itu. Mereka tidak memberi informasi baru apapun tentang kenyataan  biografis  dan  historis  hidup Yesus, yang belum kita  ketahui.  Kadang-kadang  ada   yang   menginformasikan sesuatu  yang baru mengenai bentuk ucapan Yesus. Bentuk yang lebih  awal  daripada  bentuk  yang  ada  dalam  injil-injil kanonik.  Jarang  sekali  injil-injil Apokrip memberi ucapan autentik  Yesus,  yang  tidak  terdapat  dalam   injil-injil Kanonik.  Anggapan  bahwa  injil Apokrip mengungkapkan wujud dan pikiran jemaat Kristen  Perdana  (tahun  30-70),  sedang injil  Kanonik  menampilkan kekristenan yang lebih kemudian, tidaklah benar.
Yang diungkapkan oleh  injil-injil  itu  hanyalah  bagaimana orang  Kristen  abad kedua berpikir tentang Yesus, bagaimana mereka  merasakan  kehidupan  Yesus   dalam   rincian   yang dikhayalkan, rincian tersebut tidak ada dalam injil Kanonik. Maka kalau saya harus menjawab  apakah  injil-injil  Apokrip temuan  baru  itu  bermanfaat atau tidak, harus saya katakan bahwa mereka bermanfaat. Mereka membantu kita memahami aneka kelompok  Kristen  abad  kedua,  ketiga atau keempat. Tetapi praktis mereka  tidak  memberi  informasi  historis  tentang Yesus  atau  kekristenan  sebelum kematian Petrus dan Paulus tahun 60-an. Membacanya tentu saja  tidak  dilarang,  karena dapat membuka cakrawala baru.
10. Saya mendengar, bahwa beberapa injil Apokrip mempunyai     pengaruh pada pikiran katolik. Benarkah itu?
Barangkali anda masih  ingat jawaban  saya  pada  Nomor 7. Di situ saya membedakan antara tulisan-tulisan apokrip yang dikenal  sejak  awal  mula  dan tulisan-tulisan  yang  baru  ditemukan.  Di  antara kelompok pertama saya  sebutkan  Proto  injil  Yakobus.  Tulisan  ini berasal  dari  pertengahan  abad kedua, banyak digunakan dan dikutip  dalam  Gereja  berabad-abad  lamanya.  Tulisan  ini mempunyai pengaruh kuat pada gambaran orang Kristen mengenai Maria, sebab di sini ditemukan latar  belakang  (imajinatip) Maria  sebelum menerima kabar gembira dari malaikat Gabriel. Nama orang tua Maria, Yoakhim dan Anna,  juga  berasal  dari tulisan  ini.  Demikian  juga  kisah Maria dipersembahkan ke Bait Allah semasa kanak-kanak. Kisah  persembahan  itu  kini dipestakan  Gereja  dan  banyak dijadikan objek lukisan para seniman. Dari tulisan ini pula muncul gambaran Yusuf sebagai orangtua  yang  memegang  bunga  bakung, tongkatnya berbunga sebagai tanda bahwa ia layak menjadi pendamping Maria.

Baca juga:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar