Santo Hieronimus berkata, "Tak Kenal Kitab Suci, Tak Kenal Kristus"

Selasa, 19 April 2016

101 TANYA JAWAB KITAB SUCI: CARA MEMBACA KITAB SUCI (4)

11. Kita kembali pada Alkitab yang telah kita terima. Bagi orang yang sedang mulai membaca Alkitab dengan sunguh-sungguh, bagaimana Romo menganjurkan mereka membaca? Haruskah mereka mulai dari Kitab Kejadian berturutan sampai kitab Wahyu? Atau bisa memilih kitab    mana saja untuk mulai?
Suatu pertanyaan yang  bagus dan  saya tidak yakin apakah ada jawaban yang bersifat umum. Sebagian tergantung pada watak, latar belakang dan kemampuan pembaca.  Banyak  cerita  tentang  orang yang penuh semangat mulai membaca  Kitab  Suci,  tetapi  patah  semangat  ketika berhadapan  dengan  silsilah  dan  hukum-hukum  korban  yang terdapat dalam kitab Taurat. Mereka  lalu  berhenti  membaca Kitab  Suci  dan  tidak  pernah  mencobanya kembali. Hal ini pantas disayangkan.
Kita bayangkan saja pertanyaan  itu  diajukan  oleh  pembaca yang  berpendidikan  Sekolah  Lanjutan  Atas yang tidak tahu banyak mengenai Kitab suci. Dalam hal ini lebih  baik  kalau mulai  membaca  kitab-kitab  yang secara alami menarik serta mudah  dimengerti  daripada  harus  berurutan  halaman  demi halaman.
Menurut pendapat saya, sangat bermanfaat kalau dapat membaca Kejadian, Keluaran bagian pertama. Kemudian beberapa  bagian dari kitab Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja, untuk mendapat gambaran dan kesan dari  masa  kerajaan.  Lalu  baik  mereka mengambil  cerita  dari  bagian akhir kitab Raja-raja, kitab Ezra dan Nehemia sampai 1  Makabe,  agar  melihat  apa  yang terjadi  ketika  kerajaan  mulai  runtuh  dan  orang  Yahudi kembali  dari  pembuangan.  Beberapa   bagian   dari   kitab Nabi-nabi  dan  Kebijaksanaan dapat memberi contoh pemikiran religius  Israel  yang  diungkapkan  oleh  penyambung  lidah mereka. Kitab Mazmur yang mempunyai doa-doa indah dari aneka ragam pengalaman hidup bisa dipahami dan terasa menggetarkan juga, walau tanpa latar belakang pemahaman sejarah Israel.

Dalam  Perjanjian Baru, agar dapat menangkap semangat Gereja Perdana, pembaca dapat mulai dari Injil Markus dan  Yohanes, lalu  melanjutkan  ke Kisah Para rasul, serta beberapa surat Paulus  seperti  surat  Korintus  dan  Filipi,  serta  surat Petrus.  Dengan  langkah  cepat  melewati bagian-bagian yang sulit, orang dapat lebih siap membaca  seluruh  Kitab  suci. Akan  tetapi  saya  tekankan sekali lagi, saya kurang yakin, apakah cara ini menarik bagi  para  pembaca  yang  mempunyai watak  dan  kebiasaan  lain.  Barangkali nasihat yang paling baik adalah mencoba membaca  lalu  melihat  cara  mana  yang paling cocok bagi anda sendiri.
12. Bagaimana pendapat anda mengenai Catatan dan Tafsir sebagai bantuan?
Ini pertanyaan  yang  sulit, sebab  ada  banyak  macam bantuan untuk memahami Kitab suci. Menurut hemat saya, selalu lebih baik membaca Alkitab dengan catatan    kaki    yang    bisa    langsung    menyelesaikan kesulitan-kesulitan  yang   muncul   sebagai   akibat   dari ketidakjelasan  teks  dan kebutuhan akan latar belakang yang memadai.
Tentang  tafsir,  orang  dapat  membedakan  setidak-tidaknya empat  macam.  Ada  tafsir model brosur sederhana yang cukup baik. Ada yang menempatkan teks di bagian atas  halaman  dan tafsir di bagian bawah, ada pula yang menempatkan tafsir dan teks  pada  halaman  yang  saling  berhadapan.  Brosur  yang terdiri dari 75-100 halaman bisa sangat bermanfaat dan tepat bagi banyak pembaca Alkitab. Bagi yang mau mempelajari Kitab Suci  secara  serius  tersedia tafsir yang agak panjang dari tiap-tiap kitab. Panjang tafsir  jenis  ini  dapat  mencapai antara   200   sampai  300  halaman.  Sedangkan  untuk  para mahasiswa yang sungguh-sungguh ingin mempelajari Kitab  suci tersedia  tafsir  rinci,  ayat  demi ayat, yang dapat sampai setebal 1500 halaman untuk seluruh Kitab suci.
13. Dengan Catatan dan Komentar-komentar itu apakah kita justru hanya memperoleh 'pendapat' tentang Kitab Suci? Haruskah kita tergantung pada para ahli untuk mengerti Kitab Suci?
Mungkin dengan mengungkapkan beberapa pengamatan berikut  saya  bisa  menyentuh  akar persoalan pertanyaan ini.  Biasanya  mereka  yang  berhasrat membaca  Kitab  Suci  tidak  mau diberitahu bahwa hanya para ahli yang mengetahui Kitab  Suci,  dan  tanpa  menjadi  ahli mereka tidak bisa membaca Kitab Suci. Saya sangat sependapat dengan reaksi semacam itu. Banyak  bagian  Kitab  Suci  yang bisa  dipahami  dan  memperkaya  batin  tanpa harus mendapat bantuan dari para ahli. Tuhan  bisa  berbicara  kepada  para pembaca sederhana tanpa bantuan para ahli.
Kendati  demikian,  para pembaca yang berpendidikan SLA bila  berhadapan dengan Alkitab sering mengajukan pertanyaan yang muncul  dari hasil pendidikan mereka. Mereka sudah menguasai sejumlah  ilmu  pengetahuan.  Maka  ketika   membaca kitab Kejadian  misalnya, mereka ragu-ragu apakah dunia ini memang diciptakan dalam enam hari, dan bukan dengan proses  panjang evolusi.  Apakah  matahari berhenti seperti dilukiskan dalam kitab Yosua 10:13? Untuk  menjawab  pertanyaan  yang  timbul karena  pengetahuan  umum, orang memerlukan pengetahuan yang setara dalam membaca Kitab Suci.  Yang  satu  mungkin  tidak memerlukan     bantuan     para    ahli    untuk    menjawab pertanyaan-pertanyaan  kritis  walau  hanya   pada   tingkat populer saja.
14. Saya menyadari pentingnya informasi dari para ahli, tetapi saya kurang mengerti mengapa kita harus tergantung pada tafsir manusiawi dalam kaitannya dengan sabda Tuhan.
Setiap perkataan dalam Kitab Suci  ditulis  oleh  manusia, maka usaha-usaha manusia untuk memahami Alkitab sungguh merupakan bantuan yang tepat. Bahwa bantuan  manusia  perlu  untuk  memahami Kitab Suci, menurut hemat  saya,  adalah  sesuai  dengan  paham   Yahudi-Kristen mengenai tindakan ilahi.
Mungkin  sebagian  persoalan  di balik pertanyaan-pertanyaan seperti ini timbul karena perubahan-perubahan  pikiran  para ahli. Akibat  perubahan-perubahan  itu, kalau orang membaca Catatan kaki atau Tafsir  tidak  pernah  menemukan  pendapat yang  pasti  dan  jelas.  Itu  memang  sesuai dengan keadaan manusia, selalu berubah.  Hal  yang  perlu  dihindari  ialah pendapat,   bahwa   pandangan-pandangan   yang   lebih   tua senantiasa lebih aman, dan pandangan-pandangan modern selalu berubah-ubah.  Tafsir  Kitab  suci  yang  lebih  tua  adalah pendapat ilmiah dari abad lalu, Pandangan-pandangan modern merupakan  pendapat-pendapat  ilmiah abad ini, pendapat yang tidak selalu lebih unggul  dan  tidak  boleh  berubah.  Para pembaca   hanya   perlu   bertanggungjawab   dalam   mencari pengetahuan   terbaik   yang   tersedia.   Seandainya    ada gagasan-gagasan  yang  lebih baik pada abad ke duapuluh satu atau  duapuluh  dua,  silahkan   para   pembaca   masa   itu memikirkannya.  Anda  tidak  perlu kuatir bahwa nenek moyang anda mendapat informasi salah mengenai  Kitab  Suci.  Mereka pasti  telah  mendapat  yang  terbaik  sesuai dengan keadaan mereka. Bila kita bersikap serupa  terhadap  informasi  yang tersedia  bagi  kita,  niscaya kita boleh berdiri di hadapan singgasana ilahi tanpa dibebani perasaan salah.

Baca juga:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar