1.
Alkitab mana yang paling baik dibaca?
Memilih
terjemahan Kitab Suci yang
paling tepat untuk
dibaca tergantung pada tujuannya. Pembacaan untuk umat dalam
perayaan Ekaristi hari Minggu atau ibadat
lain misalnya, mengandaikan
adanya suasana yang agung. Untuk
keperluan ini sudah
tersedia terjemahan yang disebut
terjemahan
"liturgis." Untuk pembacaan pribadi
dalam rangka penyegaran
rohani atau renungan Alkitab
dalam bahasa sehari-hari
bisa sangat membantu; sedangkan
untuk tujuan studi atau pembahasan dalam kelompok sebaiknya mempergunakan
terjemahan baku.
Seperti
diketahui teks-teks Kitab Suci dalam bahasa Ibrani, Arami, atau Yunani
mengandung cukup banyak bagian yang sukar dimengerti. Kadang-kadang maksud
penulisnya tidakjelas. Para penerjemah seringkali terpaksa menebak arti yang
dimaksudkan oleh penulis. Mereka dihadapkan pada dua pilihan. Pertama, menerjemahkan secara
harafiah agar kesukaran
dan ketidakjelasan teks asli
dapat tetap terpelihara. Kedua, menerjemahkannya
secara bebas dengan mencoba menyelesaikan ketidakjelasan teks asli.
Satu
terjemahan harfiah perlu dilengkapi dengan catatan kaki atau tafsir yang
memungkinkan untuk mengatasi ketidakjelasan yang ada. Terjemahan bebas mengungkapkan pilihan
yang telah dibuat oleh penerjemah,
menurut tafsirannya. Dalam terjemahan bebas
sebenarnya terkandung tafsir.
Yang lebih mudah dimengerti, namun kurang biasa bila dijadikan
sarana studi yang serius.
2.
Terjemahan mana yang anda anjurkan?
Alkitab
dalam bahasa Indonesia masih
terbatas. Satu-satunya terjemahan yang ada berasal dari tahun 1975,
hasil kerja sama
antara Lembaga Biblika Indonesia
(Katolik) dan Lembaga Alkitab
Indonesia (Protestan). Dasar terjemahan
ini ialah teks
asli dalam bahasa Ibrani
(untuk Perjanjian Lama
- Kitab-kitab Protokanonika), bahasa
Yunani (untuk Perjanjian
Lama Kitab-kitab
Deuterokanonika) dan bahasa Yunani
(kitab-kitab Perjanjian Baru). Terjemahan ini
diusahakan untuk sedapat mungkin mendekati
teks asli, disebut juga
terjemahan baru (disingkat TB) untuk
membedakan Alkitab dalam
terjemahan lama, yang dianggap sudah tidak memadai lagi. Pembaca
yang dituju adalah mereka yang berpendidikan
sekolah lanjutan atas.
Tersedia
juga Alkitab dengan Catatan Lengkap yang merupakan saduran dari
Bible de
Jerusalem. Sangat dianjurkan
bagi mereka yang ingin mendapat
penjelasan penting dari beberapa bagian Kitab Suci.
4.
Apakah orang Katolik tidak dilarang membaca Alkitab Protestan?
Keyakinan orang Katolik
dulu dan kini
perlu dibedakan. Dahulu Kitab
Suci memang merupakan bahan perdebatan sengit antara para pendukung Reformasi
dan para teolog
Konsili Trente. Menurut keyakinan
orang Katolik, penerjemahan ke dalam berbagai
bahasa setempat yang
dibuat oleh pihak Protestan cenderung menguntungkan mereka. Akibatnya
Konsili Trente menekankan bahwa didalam pembacaan umum, kotbah
dan penjelasan, penggunaan edisi
dalam bahasa Latin,
yang disebut Vulgata, tetap diteruskan.
Dampak langsung dari kebijakan ini
ialah bahwa terjemahan
Kitab Suci Katolik senantiasa didasarkan
atas versi Vulgata
ini, sementara terjemahan
Protestan dibuat berdasarkan versi bahasa Ibrani, Aram atau Yunani.
Lebih lanjut Gereja katolik menghendaki
adanya catatan kaki yang mencakup
baik ajaran iman
maupun susila, maupun tafsiran para Bapa Gereja. Maka
orang Katolik dianjurkan untuk tidak membaca Alkitab
Protestan agar mereka terhindari dari
pengaruh-pengaruh yang bertentangan dengan
iman Katolik. Sebaliknya pihak Protestan juga melarang penggunaan terjemahan oleh
Katolik. Mereka menyangsikan ketepatan penerjemahan Katolik
dan mencurigai adanya ajaran Gereja yang tersembunyi di
dalamnya.
Kini semua telah berubah. Sejak tahun 1967 pihak
Katolik dan Protestan bersama-sama mengusahakan suatu terjemahan Alkitab lengkap.
Dan sejak tahun 1975 umat
Katolik di Indonesia memiliki terjemahan
Alkitab Lengkap berkat
kerjasama tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar