Santo Hieronimus berkata, "Tak Kenal Kitab Suci, Tak Kenal Kristus"

Selasa, 19 April 2016

101 TANYA JAWAB KITAB SUCI: BIMBINGAN GEREJA (5)

15. Semua ini mengesankan adanya suatu tafsir pribadi terhadap Kitab suci. Saya kira orang Katolik bangga karena tidak tergantung pada tafsir pribadi, tetapi mempercayakannya kepada Gereja mengenai apa yang    dimaksudkan oleh Kitab Suci.
Itu  suatu  pandangan  yang terlalu   menggampangkan   masalah.  Gereja  katolik  sangat menekankan nilai iman tradisional yang terbukti benar selama berabad-abad.  Alasan penekanan ini adalah kepercayaan bahwa Kristus melalui Roh Kudus senantiasa membimbing  Gereja.  Ia tidak akan membiarkan Gereja melakukan kesalahan fatal dalam membimbing umat-Nya dalam hal yang berkaitan  dengan  ajaran dan susila. Karena itu jika demi tafsiran pribadi Kitab Suci seseorang berkata, "Yang kamu percayai sebagai ajaran selama lima  abad,  sepuluh  abad  atau dua puluh abad semua salah; engkau harus melepaskannya karena  begini  saya  menafsirkan Kitab  Suci," hal seperti ini ditolak Gereja. Tafsir pribadi yang ditolak Gereja Katolik ialah pernyataan yang  berkaitan dengan  ajaran  berdasar  Kitab Suci, namun menolak apa yang diajarkan dalam sahadat iman dan keputusan resmi Gereja.
Di lain pihak, Gereja tidak pernah mengeluarkan tafsir Kitab Suci  mengenai bidang-bidang yang diolah oleh para penafsir. Biasanya penafsir berusaha mengkaji apa yang mau disampaikan oleh  penulis  asli  Alkitab,  pada saat ia menuliskan suatu bagian Kitab Suci dan apa yang ditangkap oleh  pembaca  yang sejaman   dengan  penulis.  Para  penafsir  tidak  bermaksud membangun sikap tertentu yang  bisa  mengikat  para  pembaca Kitab Suci. Mengenai apa yang kita sebut arti harafiah Kitab Suci, yaitu apa maksud suatu ayat  ketika  ditulis,  rasanya Gereja  Katolik  tidak  pernah  menentukannya. Gereja memang menentukan  bahwa  beberapa  ajarannya  dihubungkan   dengan kutipan  Kitab  Suci,  tetapi  itu tidak harus berarti bahwa ajaran-ajaran tadi ada dalam pikiran penulis Kitab Suci yang dikutip itu. Jadi konflik antara tafsiran pribadi dan ajaran Gereja sama sekali tidak berkaitan dengan model-model tafsir yang saya jelaskan di atas.

Saya mengingat dengan sedih pernyataan salah seorang pembaca tafsir saya yang panjang, yang mengatakan: syukur  bahwa  ia tidak  harus  berurusan  dengan  pendapat-pendapat saya atau ahli lain. Ia mengatakan, bahwa ia hanya mengajarkan tentang kitab  itu  (yang  saya  beri  tafsir),  sebagaimana  Gereja Katolik telah mengajarkannya. Seperti kita  ketahui,  Gereja tidak  pernah  memberikan  tafsir  arti harafiah satu bagian dari kitab itu. Saya menyangsikan apa yang ia ajarkan.  Saya yakin  bahwa  yang ia maksud ialah pendapat-pendapat tentang kitab itu seperti yang ia dengar sewaktu masih di pendidikan atau  seminari.  Ia  tidak  mau  repot-repot melihat, apakah pendapat-pendapat tadi masih sesuai zaman atau tidak.
16. Pernahkah anda menemukan pertentangan antara ajaran Gereja yang berdasarkan Kitab Suci dengan tafsir anda atas teks Alkitab?
Tidak. Saya katakan  "tidak" bukan  hanya  karena  apa  yang telah saya sampaikan diatas, bahwa dalam pernyataan  ajarannya  Gereja  tidak  melibatkan diri  dengan  arti  harafiah  kitab  Suci,  melainkan karena alasan-alasan yang lebih dalam. Pertama, orang harus  ekstra hati-hati  mengenai  apa  yang  dimaksudkan  doktrin Gereja. Sering  orang  menganggap  apa  saja  yang  diajarkan  dalam pelajaran agama di Sekolah Dasar sebagai ajaran Gereja. Atau kalau tidak mencampurkan antara ajaran resmi,  pendapat  dan kepercayaan  saleh.  Cakupan  ajaran Gereja sebenarnya cukup sempit. Saya akan memberikan contoh tentang  hal  itu  dalam jawaban pertanyaan-pertanyaan yang menyusul.
Kedua,  bahkan  kalau  benar-benar menyangkut ajaran, sering hanya  dengan  bantuan  ilmu  pengetahuan,  Gereja  berhasil memisahkan    apa    yang    termasuk   ajaran   dari   cara pengungkapannya yang  lazim.  Misalnya  ajaran  bahwa  Tuhan menciptakan  dunia. Selama berabad- abad ajaran itu dianggap mencakup juga cara Tuhan menciptakan  dunia,  yaitu  seperti yang  dikisahkan  dalam  bab-bab awal kitab Kejadian. Karena pengaruh ilmu  pengetahuan  mengenai  kitab  Kejadian,  maka Gereja  Katolik  sekarang  dengan  jelas  memisahkan  antara ajaran penciptaan dan cara Tuhan menciptakan  dunia.  Karena itu  orang  bebas  berkeyakinan  bahwa bab-bab awal Kejadian bukanlah  kisah  historis  penciptaan  dan  menerima   teori evolusi.
Ketiga,  justru  karena  mengakui bahwa kadang kala apa yang tampak begitu jelas bagi para ahli dari abad  tertentu  bisa dianggap  salah  oleh  para ahli abad berikutnya. Saya tidak menaruh   kepercayaan   mutlak   pada   pengetahuan  saya, seolah-olah  pengetahuan  itu  tidak  pernah  salah.  Karena keterbatasan  pertanyaan  yang  dapat  dijawab   oleh   ilmu pengetahuan  dan  keterbatasan  jangkauan  formulasi  ajaran Gereja, saya sungguh  tidak  menemukan  pertentangan  antara hasil  tafsir  saya terhadap Kitab Suci dengan ajaran Gereja yang juga didasarkan pada Kitab Suci. Seandainya sampai  ada pertentangan,  saya  akan  mengakui  kesalahan  tafsir saya. Namun  bila  yang  diajukan  bukan  ajaran  melainkan  hanya tafsirnya,  maka  saya  (atau  ahli  lain)  berhak  menuntut pembuktian siapa yang benar, siapa yang salah.  Dengan  kata lain, rasanya jarang terjadi pertentangan antara pengetahuan alkitabiah yang  menyadari  keterbatasannya  sendiri  dengan ajaran   Gereja  yang  benar.  Entah  bagaimana  disamarkan, biasanya pertentangan yang terjadi  itu  antara  dua  tafsir ilmiah yang salah satunya ditampilkan sebagai ajaran Gereja. Untung dalam hidup saya dan dalam pengalaman Gereja  Katolik secara  umum,  dalam  bidang Kitab Suci tidak pernah terjadi pertentangan  antara  para  ahli  dan  para  pengajar  resmi Gereja. Tidaklah demikian dalam bidang-bidang lain teologi.
17. Saya kira telah terjadi banyak pertentangan antara para ahli Kitab Suci dengan para pengajar resmi Gereja.
Itu tergantung pada apa yang anda  maksudkan  dengan  'telah.'  Pada  permulaan  abad ini memang terjadi pertentangan semacam itu. Akan  tetapi  sejak masa  Paus  Pius XII tahun 40-an dan Konsili Vatikan II awal tahun 60-an, ada  kerja  sama  yang  harmonis  antara  kedua kelompok itu.
Faktor  terpenting  yang  mempengaruhi  perubahan itu adalah dukungan positif yang diberikan oleh Paus  Pius  XII  kepada kemajuan   ilmu   pengetahuan   alkitabiah.   Dukungan   itu menyebabkan para ahli  Kitab  Suci  memandang  Paus  beserta seluruh  jajarannya  lebih  sebagai  teman  daripada sebagai lawan yang selalu berkeinginan untuk  melakukan  pengawasan. Dalam  seperempat  abad  terakhir  ini,  kerja  sama  saling mendukung antara para ahli  Kitab  Suci  dan  para  pengajar resmi  Gereja sungguh menggembirakan. Di antara mereka tidak lagi ada permusuhan.  Secara  pribadi  saya  berhutang  budi banyak  kepada  para  Uskup  Amerika  Serikat  atas dukungan mereka kepada saya. Demikian juga atas penunjukan yang  saya terima  dari  Roma  serta  Paus  secara  khusus.  Saya tidak menganggap   dukungan   itu   sebagai    penghargaan    atas pandangan-pandangan pribadi saya saja, atau pernyataan bahwa saya selalu benar, melainkan sebagai  pengakuan  bahwa  para ahli  Katolik  yang  terdidik baik dalam bidang kritik Kitab Suci  modern,  dihargai  sebagai  kelompok  yang   mendukung pewartaan sabda dalam kesatuan Gereja yang lebih luas.

Baca juga:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar