111. Apakah dasar pengarang membuat buku tafsir?
Itu sebetulnya hanya diketahui oleh pengarang sendiri. Tetapi biasanya pengarang membuat buku itu untuk membantu orang lain. Atau mungkin juga untuk mencegah kesulitan-kesulitan dan kesalahan-kesalahan yang sedang timbul entah dimana. Pada umumnya pengarang buku tafsir mempunyai alasan yang serupa dengan semua pengarang buku yang lain.
112. Manakah buku tafsir yang pertama?
Buku tafsir yang pertama adalah buku Daniel. Sebab dalam buku Daniel, wahyu-wahyu dari sang nabi, oleh nabi sendiri kemudian diterangkan. Tetapi buku tafsir dalam arti modern berasal dari abad kedua atau ketiga zaman masehi. Harus dikatakan bahwa setiap khotbah dalam arti tertentu sudah merupakan tafsiran Kitab Suci. Dan buku-buku tafsir yang pertama seringkali diberikan dalam bentuk khotbah atau bacaan rohani. Sudah sejak semula orang menafsirkan Kitab Suci dengan aneka macam cara. Dalam arti tertentu juga Targum bisa disebut buku tafsir, karena tidak hanya menerjemahkan teks Ibrani ke dalam bahasa Aram tetapi seringkali memberi penjelasan-penjelasan juga.
113. Mengapa umat tak boleh hanya menafsirkan Kitab Suci secara pribadi?
Tidak ada larangan untuk siapa pun kalau mau menafsirkan Kitab Suci secara pribadi. Sebagaimana juga tidak ada larangan untuk siapapun mengobati diri sendiri. Tetapi bisa ditanyakan apakah itu bijaksana, kalau tidak mempunyai keahlian yang secukupnya. Maka tidak ada larangan, tetapi ada anjuran supaya dalam hal menafsirkan Kitab Suci tidak gegabah sehingga dengan demikian masuk dalam 1001 kesulitan. Dewasa ini banyak buku tafsir, juga dalam bahasa Indonesia, yang baik-baik dan bermutu telah tersedia.
114. Apakah ciri-ciri tafsiran yang bermutu/katolik?
"Katolik" dalam hal ini tidak sama dengan "bermutu." Ada buku tafsir katolik yang tidak bermutu dan ada banyak buku tafsir protestan yang sangat bermutu. Mutu tidak tergantung dari katolik, protestan atau lain-lain, tetapi dari metode dan cara ilmiah yang dipergunakan oleh para ahli tafsir itu. Cirinya ada tiga: (1)Bahwa orang itu benar-benar memahami bahasa asli dan juga kebudayaan serta sejarah yang melatarbelakangi teks asli; (2) bahwa dia cukup mahir dalam kebudayaan dan pandangan hidup orang zaman modern; dan (3) bahwa dia juga tahu masalah-masalah teologis yang tercantum atau terkandung dalam teks-teks itu atau yang berkaitan dengan teks yang sedang ditafsirkan itu.
115. Bagaimana cara mempergunakan buku tafsir?
Cara mempergunakan buku tafsir amat sederhana sekali: Dibaca dan dicoba memahami teks Kitab Suci yang sedang ditafsirkan. Kalau membantu, dipakai; kalau tidak membantu, baca Kitab Suci terus. Buku tafsir tidak mempunyai arti selain dalam hubungan dengan teks yang ditafsirkan. Jadi kalau tidak menolong untuk memahami teks, jangan dibaca atau jangan diperhatikan.
116. Apakah perbedaan buku tafsir dan buku pengantar Kitab Suci?
Buku tafsir mencoba menjelaskan teks sebagaimana ada. Sedang buku pengantar mencoba untuk sedikit banyak melukiskan latar belakang pengarang dan situasi teks yang sedang dibaca itu. Jadi buku pengantar tidak langsung menyangkut teks, tetapi menempatkan teks itu dalam situasi dimana teks itu ditulis dan untuk apa teks ditulis serta bagaimana teks ditulis, lalu oleh siapa dan untuk siapa dan seterusnya.
117. Apakah perbedaan tafsir dan komentar Kitab Suci?
Tafsir dan komentar Kitab Suci sama. Pada umumnya kata "tafsir" dipakai kalau dijelaskan secara cukup mendetil. "Komentar" pada umumnya memberi tanggapan yang lebih luas dan lebih umum. Tetapi pada dasarnya tafsir dan komentar kedua-duanya dimaksudkan untuk membuat teks lebih jelas.
118. Apakah perbedaan pokok tafsir PL dan PB?
Perbedaan pokok antara tafsir PL dan PB adalah perbedaan antara PL dan PB sendiri. Karena teks-teks itu berbeda dan juga isinya berbeda, bahkan bahasa dan latar belakangnya sangat berbeda, maka dengan sendirinya juga buku tafsir itu berbeda. Tetapi cara menafsirkan sebetulnya untuk semuanya sama, yakni mencoba untuk memahami teks itu sehingga menjadi jelas bagi kita. Baik untuk PL maupun untuk PB.
119. Apakah ada kerjasama antara Protestan dan Katolik dalam menulis buku tafsir?
Biasanya tidak dibedakan lagi antara buku tafsir protestan dan buku tafsir katolik, khususnya yang bersifat ilmiah. Orang Katolik mempergunakan buku tafsir orang Protestan dan sebaliknya. Seringkali juga ada kerjasama sehingga ada juga buku tafsir ekumenis. Sekarang bahkan orang Protestan seringkali memberikan disamping penafsiran mereka sendiri juga pendapat dari ahli tafsir katolik. Dan begitu sebaliknya.
120. Bagaimana pandangan Gereja Katolik terhadap buku tafsir Kristen yang lain?
Gereja Katolik menerima saja buku tafsir yang lain, asal ditulis dengan semangat dan pandangan ilmiah sungguh-sungguh. Juga diantara orang Katolik sendiri seringkali ada perbedaan pendapat mengenai tafsir Kitab Suci. Tidak jarang terjadi bahwa orang Katolik yang berbeda pendapat dengan orang Katolik yang lain mendapat dukungan dari orang tafsir Protestan dan begitu sebaliknya.
Itu sebetulnya hanya diketahui oleh pengarang sendiri. Tetapi biasanya pengarang membuat buku itu untuk membantu orang lain. Atau mungkin juga untuk mencegah kesulitan-kesulitan dan kesalahan-kesalahan yang sedang timbul entah dimana. Pada umumnya pengarang buku tafsir mempunyai alasan yang serupa dengan semua pengarang buku yang lain.
112. Manakah buku tafsir yang pertama?
Buku tafsir yang pertama adalah buku Daniel. Sebab dalam buku Daniel, wahyu-wahyu dari sang nabi, oleh nabi sendiri kemudian diterangkan. Tetapi buku tafsir dalam arti modern berasal dari abad kedua atau ketiga zaman masehi. Harus dikatakan bahwa setiap khotbah dalam arti tertentu sudah merupakan tafsiran Kitab Suci. Dan buku-buku tafsir yang pertama seringkali diberikan dalam bentuk khotbah atau bacaan rohani. Sudah sejak semula orang menafsirkan Kitab Suci dengan aneka macam cara. Dalam arti tertentu juga Targum bisa disebut buku tafsir, karena tidak hanya menerjemahkan teks Ibrani ke dalam bahasa Aram tetapi seringkali memberi penjelasan-penjelasan juga.
113. Mengapa umat tak boleh hanya menafsirkan Kitab Suci secara pribadi?
Tidak ada larangan untuk siapa pun kalau mau menafsirkan Kitab Suci secara pribadi. Sebagaimana juga tidak ada larangan untuk siapapun mengobati diri sendiri. Tetapi bisa ditanyakan apakah itu bijaksana, kalau tidak mempunyai keahlian yang secukupnya. Maka tidak ada larangan, tetapi ada anjuran supaya dalam hal menafsirkan Kitab Suci tidak gegabah sehingga dengan demikian masuk dalam 1001 kesulitan. Dewasa ini banyak buku tafsir, juga dalam bahasa Indonesia, yang baik-baik dan bermutu telah tersedia.
114. Apakah ciri-ciri tafsiran yang bermutu/katolik?
"Katolik" dalam hal ini tidak sama dengan "bermutu." Ada buku tafsir katolik yang tidak bermutu dan ada banyak buku tafsir protestan yang sangat bermutu. Mutu tidak tergantung dari katolik, protestan atau lain-lain, tetapi dari metode dan cara ilmiah yang dipergunakan oleh para ahli tafsir itu. Cirinya ada tiga: (1)Bahwa orang itu benar-benar memahami bahasa asli dan juga kebudayaan serta sejarah yang melatarbelakangi teks asli; (2) bahwa dia cukup mahir dalam kebudayaan dan pandangan hidup orang zaman modern; dan (3) bahwa dia juga tahu masalah-masalah teologis yang tercantum atau terkandung dalam teks-teks itu atau yang berkaitan dengan teks yang sedang ditafsirkan itu.
115. Bagaimana cara mempergunakan buku tafsir?
Cara mempergunakan buku tafsir amat sederhana sekali: Dibaca dan dicoba memahami teks Kitab Suci yang sedang ditafsirkan. Kalau membantu, dipakai; kalau tidak membantu, baca Kitab Suci terus. Buku tafsir tidak mempunyai arti selain dalam hubungan dengan teks yang ditafsirkan. Jadi kalau tidak menolong untuk memahami teks, jangan dibaca atau jangan diperhatikan.
116. Apakah perbedaan buku tafsir dan buku pengantar Kitab Suci?
Buku tafsir mencoba menjelaskan teks sebagaimana ada. Sedang buku pengantar mencoba untuk sedikit banyak melukiskan latar belakang pengarang dan situasi teks yang sedang dibaca itu. Jadi buku pengantar tidak langsung menyangkut teks, tetapi menempatkan teks itu dalam situasi dimana teks itu ditulis dan untuk apa teks ditulis serta bagaimana teks ditulis, lalu oleh siapa dan untuk siapa dan seterusnya.
117. Apakah perbedaan tafsir dan komentar Kitab Suci?
Tafsir dan komentar Kitab Suci sama. Pada umumnya kata "tafsir" dipakai kalau dijelaskan secara cukup mendetil. "Komentar" pada umumnya memberi tanggapan yang lebih luas dan lebih umum. Tetapi pada dasarnya tafsir dan komentar kedua-duanya dimaksudkan untuk membuat teks lebih jelas.
118. Apakah perbedaan pokok tafsir PL dan PB?
Perbedaan pokok antara tafsir PL dan PB adalah perbedaan antara PL dan PB sendiri. Karena teks-teks itu berbeda dan juga isinya berbeda, bahkan bahasa dan latar belakangnya sangat berbeda, maka dengan sendirinya juga buku tafsir itu berbeda. Tetapi cara menafsirkan sebetulnya untuk semuanya sama, yakni mencoba untuk memahami teks itu sehingga menjadi jelas bagi kita. Baik untuk PL maupun untuk PB.
119. Apakah ada kerjasama antara Protestan dan Katolik dalam menulis buku tafsir?
Biasanya tidak dibedakan lagi antara buku tafsir protestan dan buku tafsir katolik, khususnya yang bersifat ilmiah. Orang Katolik mempergunakan buku tafsir orang Protestan dan sebaliknya. Seringkali juga ada kerjasama sehingga ada juga buku tafsir ekumenis. Sekarang bahkan orang Protestan seringkali memberikan disamping penafsiran mereka sendiri juga pendapat dari ahli tafsir katolik. Dan begitu sebaliknya.
120. Bagaimana pandangan Gereja Katolik terhadap buku tafsir Kristen yang lain?
Gereja Katolik menerima saja buku tafsir yang lain, asal ditulis dengan semangat dan pandangan ilmiah sungguh-sungguh. Juga diantara orang Katolik sendiri seringkali ada perbedaan pendapat mengenai tafsir Kitab Suci. Tidak jarang terjadi bahwa orang Katolik yang berbeda pendapat dengan orang Katolik yang lain mendapat dukungan dari orang tafsir Protestan dan begitu sebaliknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar